Kroasia, Kuda Hitam yang Mengejutkan di Prancis 1998
Datang sebagai debutan, mereka mengakhiri turnamen dengan raihan medali perunggu.
REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Terlalu biasa apabila negara kuat seperti Brasil, Italia, Jerman, dan Argentina berhasil melaju ke babak semifinal Piala Dunia. Pencapain itu tentu tak mengejutkan banyak pihak. Tetapi, bagaimana yang melakukan langkah tersebut adalah satu negara yang baru terlepas dari karut marut perang saudara?
Ya, itu yang dilakukan Kroasia pada Piala Dunia 1998. Datang sebagai debutan, mereka mengakhiri turnamen dengan raihan medali perunggu.
Tergabung dengan Argentina, Jepang, dan Jamaika--dua nama terakhir juga merupakan tim debutan di Piala Dunia 1998--Kroasia sukses memetik enam poin. Datang dengan segelintir pemain bintang yang bersinar di klub tenar Eropa pada partai pertama Kroasia sukses mempecundangi Jamaika 3-1.
Pada laga kedua, Vatreni kembali mempertahankan tren positif dengan menang 1-0 dari Jepang, meski pun pada matchday pamungkas kalah 0-1 dari Argentina. Hasil ini membuat mereka melangkah ke babak 16 besar menghadapi Rumania, tim kuat Eropa yang dipimpin Gheorghe Hagi.
Kejutan Zvonimir Boban dan rekan setim dimulai di fase knock-out. The Blazers sukses mengalahkan Rumania 1-0 lewat gol semata wayang striker Real Madrid Davor Suker pada menit ke-45.
Selepas laga pelatih Miroslav Blazevic mengatakan langkah Kroasia patut mendapat perhatian lebih oleh para pesaing, mengingat penampilannya selama ini selalu menjadi ancaman bagi para lawan. "Tak pernah ada negara sekecil Kroasia muncul dengan hasil seperti yang kami lakukan," jelas Blazevic dikutip New York Times.
Langkah Kroasia semakin sulit, mereka harus berhadapan dengan jawara Piala Dunia 1990 Jerman di perempat final, Kroasia yang disingkirkan Der Panzer pada Piala Eropa 1996 silam berhasil melakukan revans dan unggul tiga gol tanpa balas.
Sejak kemenangan besar atas Jerman, Kroasia mulai mendapatkan pengakuan dari pecinta si kulit bundar di seluruh dunia. Terlebih, harapan rakyat Kroasia pun semakin membubung tinggi.
"Bukan hanya olahraga yang mendapat dampak positif, namun politik juga merasakan efek dari penampilan kami (Kroasia). Sebelum pertandingan Piala Dunia bergulir, mungkin 5 persen orang tahu Kroasia. Tapi sekarang, jumlah itu meningkat 15 persen masyarakat dunia sudah mengenal negara Kroasia," sambung dia.
Sementara itu, dalam wawancara dengan Four Four Two, bomber Kroasia Davor Suker mengaku sangat bahagia dengan pencapaian timnya ketika menggilas Der Panzer. "Kami adalah underdog sebelum babak perempat final. Tetapi kami bermain baik dan Jerman tak berada dalam performa fantastis. Tentu hasilnya sangatlah baik bagi kami," ucap Suker.
Lebih lanjut Suker membongkar alasan mengapa Kroasia tampil gemilang pada perhelatan Piala Dunia 1998. Dia menilai timnya berisikan materi-materi pemain hebat seperti gelandang AC Milan Boban, Igor Tudor (Juventus), Mario Stanic (Parma), Robert Prosinecki (Barcelona), dan Slaven Bilic (West Ham United).
"Kami memiliki bek-bek tangguh seperti Robert Jarni dan lini tengah kami begitu fantastis. Saya kira penampilan saya pada Piala Dunia 1998 tengah berada dalam performa terbaik. Kami pun tahu masyarakat Kroasia mendukung di belakang kami dan itu memacu kami untuk melakukannya dengan baik," sambung dia.
Harapan untuk menginjak partai final hampir menjadi kenyataan ketika mereka lebih dulu unggul atas Prancis melalui gol Suker. Sayang, harapan seketika sirna setelah Lilian Thuram membuyarkan mimpi Kroasia lewat dua golnya di Stade de France, Paris.
Meski begitu, Kroasia patut berbangga hati sebab mereka berhasil mendapatkan hadiah hiburan atas penampilan fantastis mereka dengan mengalahkan Belanda 2-1 di perebutan tempat ketiga.
Prestasi Kroasia pada Piala Dunia 1998 juga dianggap lebih hebat dari apa yang dilakukan Portugal era Eusebio, yang juga meraih medali perunggu sebagai debutan Piala Dunia 1966.
Anggapan ini muncul karena negara Kroasia saat itu belum lama terbentuk, dan baru berpartisipasi di ajang internasional pada 1994, saat mengikuti kualifikasi Piala Eropa 1996. Sehingga, efek kejutan itu amat terasa.