Pentingnya Persatuan dalam Keberagaman

Penjajah Belanda menggunakan 'devide et empire' untuk menghancurkan bangsa Indonesia.

Dok Republika
Anggota DPR Novita Wijayanti saat memaparkan sosialisasi empat pilar.
Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,  CILACAP -- Anggota Komisi V DPR, Novita Wijayanti, menjadi pemateri dalam sosialisasi empat pilar di daerah pemilihan Jawa Tengah VIII yang meliputi Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banyumas belum lama ini. Dalam pemaparannya, Novita mengingatkan tentang pentingnya arti persatuan dalam keberagaman.

"Persatuan dalam keberagaman harus dipahami oleh setiap warga negara agar bisa mewujudkan kehidupan yang serasi, seimbang, dan selaras," kata Novita di hadapan peserta sosialisasi empat pilar di Cilacap. l


Melalui alui siaran persnya yang diterima Republika.co.id, Kamis (26/7), Novita juga menjelaskan persatuan dalam keberagaman bisa mewujudkan pergaulan antarsesama yang lebih akrab. Kemudian, perbedaan yang ada tidak menjadi sumber masalah. "Dan yang lebih penting lagi, pembangunan berjalan lancar," kata Novita.


Menurut Novita, dalam dalam Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia, mengenal semboyan "Bhineka Tunggal Ika". Namun  Novita merasa belakangan ini semboyan itu seperti hanya tinggal tulisan belaka.

"Beberapa oknum yang mengatasnamakan salah satu agama, suku atau ras menyebarkan paham primordialis yang sempit seakan kaumnyalah yang paling baik diantara semua kaum yang ada," katanya. 

Karena itu, Novita mengingatkan kebhinekaan adalah tonggak pemersatu bangsa yang harus dipandang dengan kebanggaan. Karena, kita bisa terlepas dari paham primordialisme sempit yang menganggap ras, adat, agama lain lebih rendah/buruk dibanding milik diri pribadi.

"Pengkotak-kotakan elemen masyarakat ini adalah buah dari era penjajahan kolonial Belanda yang menggunakan taktik perang “devide et impera”," kata Novita.

Pemerintah kolonial Belanda menggunakan taktik tersebut untuk memecahbelah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia agar lebih mudah ditaklukan secara satu persatu.

"Ibarat sapu lidi, jika lidi-lidi kecil disatukan jadi sapu lidi besar kita akan sulit mematahkannya, namun jika lidi tersebut dipisahkan satu persatu maka akan lebih gampang mematahkannya," kata Novita.




BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler