Isi Surah Al-Fatihah dan Keutamaannya Menurut Ibnu Qayyim
Surah al-Fatihah mengandung makna keseluruhan Alquran.
REPUBLIKA.CO.ID, Surah al-Fatihah yang berarti surah pembuka, pembukaan, permulaan, adalah surah pertama dalam tertib urutannya dan bukan dalam hal penurunannya dari keseluruhan surah-surah di dalam Alquran yang berjumlah 114 surah.
Dalam karyanya yang berjudul Tafsir Al-Amin Bedah Surah Al-Fatihah, Prof Amin Suma mengutip pendapat Syekh Tanthawi Jauhari bahwa, surah al-fatihah ini isinya merupakan abstraksi singkat, padat, dan akurat atas semua isyarat bagi semua lingkup ajaran yang akan disampaikan di dalam Alquran.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah telah lebih dulu menyampaikan resume abstraksinya terkait dengan isi kandungan surah al-Fatihah yang tergolong ke dalam kelompok surah-surah Makkiyah ini ( meskipun ada sebagian yang menyatakan surah Madaniyah).
Ibnu Qayyim mengatakan, surah al-Fatihah ini isi kandungannya meliputi semua induk penuntutan yang sangat tinggi dengan melingkupi segenap jangkauan yang serba sempurna (komprehensif) dan mengandungi semua jawaban yang sempurna pula.
Masih menurut Ibnu Qayyim, bahwa surah al-Fatihah mencakupi pengenalan terhadap Dzat yang disembah //(at-ta’rif bi al-Ma’bud),// kepastian adanya hari dan tempat semua semua manusia kembali ke pangkuannya //(itsbat al-Maad)// dan pengungkapan tentang kepastian tanda-tanda kenabian //(itsbat al-nibuwwat)// dari berbagai aspek.
Terkait dengan keistimewaan surah al-Fatihah yang oleh Rasulullah, dijuluki dengan surah al-shalah (surah shalat), ada riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah bahwa dalam hadis qudsi nya memberitakan kepada para sahabat bahwa Allah berkalam.
“Aku bagi surah al-Shalah (surah shalat) itu antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian, separuh bagian untuk Aku dan separuhnya lagi untuk hamba-Ku. Untuk hamba-Ku ialah apa yang dia minta. Manakala hamba membaca “al-hamdu lillahi rabb al-amin”, maka Aku menyahuti dengan hamba-Ku memuji Aku (hamidani ‘abdi). Ketika hamba membaca “ar-rahmanir Rahim” Allah berkata hamba-Ku memuji aku (‘atsna ‘alayya ‘abdi). Ketika hamba membaca “maaliki yaum al-din” Allah berkata (majadi abdi)/ hamba-Ku menyanjung Aku. Ketika hamba membaca “iyyaka na'budu wa-iyyaka nasta'in” Allah berkata (hadza baini wa bayna abdi wa-li abdi ma saala). Ini antara Aku dan hamba-Ku, dan untuk hamba baginya apa yang dia minta.