Jubir: Pasien Kasus 1 dan 2 Corona Alami Tekanan Psikologis

Yurianto menyebut RSPI sudah menyediakan psikiater dampingi pasien kasus 1 dan 2.

Republika/Putra M Akbar
Warga memeriksakan kesehatannya di Pos Pemantauan Virus Corona RSPI Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta, Kamis (5/3).(Republika/Putra M Akbar)
Red: Yudha Manggala P Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara penanganan COVID-19 Achmad Yurianto menyebut pasien kasus 1 dan 2 yang dinyatakan positif penyakit saluran pernafasan karena virus Corona jenis baru (Covid-19) mengalami tekanan psikologis. Hal itu kemudian mempengaruhi imunitas tubuh keduanya.

"Untuk kasus 1 dan 2 tidak ada keluhan, dokter penanggung jawab pasien yang merawat menyampaikan kalau kasus 1 dan 2 mengalami beban psikologis karena identitas mereka terpublikasi beberapa waktu lalu," kata Yurianto, yang juga Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, di kantor presiden Jakarta, Senin (9/3).

Pasien 1 dan 2 adalah seorang perempuan berusia 31 tahun dan ibunya yang berusia 64 tahun berdomisili di Depok, Jawa Barat. Keduanya dirawat di RS Penyakit Infeksi Sulianti Suroso sejak 1 Maret 2020.

"Mereka berdua mengalami beban psikologis sedangkan hasil pemeriksaan spesimen kemarin masih positif meski sudah masuk hari ke-7, jadi belum akan melepas perawatan meski secara klinis tidak ada keluhan apa-apa," ungkap Yuri.

Yuri menilai bahwa hasil positif keduanya karena imunitas tubuh juga dapat dipengaruhi oleh kondisi psikologis. "Mereka sekarang agak depresi akibat pernah mengalami hukuman sosial yang besar akibat identitasnya terungkap. Sekarang mereka agak tertekan dengan itu dan saya katakan dari awal faktor psikologis akan berpengaruh pada status imunitas seseorang," tambah Yuri.

Menurut Yuri, RSPI juga sudah menyediakan psikiater untuk mendampingi keduanya. Sedangkan untuk pasien 3 dan 4 kondisinya juga lebih bagus dari sebelumnya.

"Pasien 3 dan 4 jauh lebih bagus kondisinya dari pada sebelumnya namun mereka ada permintaan ke kami untuk memberikan garansi tidak akan mengumumkan nama mereka karena mereka takut seperti yang terjadi pada kasus 1 dan 2, karena kasus 1, 2, 3, 4 dan 5 berasal dari klaster yang sama karena dan di antara mereka ada komunikasi karena tidak ada larangan untuk menggunakan smartphone," jelas Yuri.

Pasien 5 yaitu laki-laki berusia 55 tahun juga menurut Yuri tidak ada keluhan fisik namun karena biasa beraktivitas ia pun merasa tidak biasa berada di ruangan isolasi.

"Kasus 6 juga kondisinya bagus dan tidak ada keluhan. Dia ini imported case karena penularan terjadi di Kapal Diamond Princess, kita yakini tidak bersumber dari penularan lokal," ungkap Yuri.

Saat ini masih ada lima orang pasien yang sedang diobservasi dan menunggu hasil laboratorium.

Ada enam orang Warga Negara Indonesia yang dinyatakan positif COVID-19. Kasus 1 dan kasus 2 diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka Jakarta pada 2 Maret 2020. Kasus 1 mengalami kontak langsung dengan warga negara Jepang yang menjadi kasus terkonfirmasi ke-24 di Malaysia. Sedangkan kasus 2, 3, 4 mengalami kontak langsung dari kasus 1.

Kasus 5 adalah hasil pemeriksaan dari klaster Jakarta, yaitu sejumlah orang yang ditelusuri relasinya berdasarkan kontak dengan kasus 1. Sedangkan kasus 6 adalah salah satu dari Anak Buah Kapal (ABK) Diamond Princess yang saat ini diisolasi di RS Persahabatan Jakarta.

Hingga Ahad (8/3), Kementerian Kesehatan telah menyelesaikan pemeriksaan 620 spesimen pasien dalam pengawasan (PDP) yang dikirim dari 63 rumah sakit di 25 provinsi. Sebanyak 620 spesimen itu bukanlah jumlah spesimen yang ada, melainkan jumlah spesimen yang sudah diperiksa. PDP yang hasilnya negatif dan sudah dibolehkan pulang, langkah berikutnya adalah melakukan isolasi diri (self isolated).

Hingga Senin (9/3) pagi pukul 08.00 WIB terkonfirmasi di dunia ada 109.965 orang yang terinfeksi virus corona dengan 3.824 kematian sedangkan sudah ada 61.941 orang yang dinyatakan sembuh. Kasus di China mencapai 80.735 kasus, di Italia 7.375 kasus, di Korea Selatan 7.313 kasus, di Iran 6.566.

Tingkat kematian di Italia menjadi yang paling tinggi di luar China yaitu 366 kematian dibanding kasus yang positif, sementara di China sendiri ada 3.118 orang meninggal dunia karena virus tersebut. Sudah ada 90 negara termasuk Indonesia yang mengonfirmasi kasus positif COVID-19 di negaranya.


sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler