Buldoser Lebanon Selatan, Tiga Tentara Israel Terkena Ledakan Bom

Israel langgar perjanjian di Lebanon.

AP Photo/Majdi Mohammed
Buldoser tentara Israel.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Media Israel memberitakan seorang perwira dan dua tentara Israel terluka setelah buldoser D-9 melewati alat peledak di Lebanon selatan.

Baca Juga


Media Israel menambahkan, hari ini, Sabtu, bahwa setelah kejadian tersebut, “korban yang terluka dipindahkan ke rumah sakit untuk menerima perawatan medis, dan keluarga mereka diberitahu.”

Sebelumnya pada Desember 2024, sebuah ranjau meledak di antara tentara Israel di Ras Naqoura. Media Israel mengatakan bahwa ledakan tersebut menargetkan anggota Divisi 146, dan menyebabkan kematian 3 tentara Israel dan melukai lainnya, sebagaimana diberitakan al Mayadeen.

Media Israel mengumumkan bahwa tentara Israel dalam keadaan siaga hari ini, sebelum batas waktu 60 hari penarikannya berakhir, karena pasukan Israel seharusnya mundur dari Lebanon selatan ke dalam perbatasan dengan Palestina yang diduduki, sesuai dengan perjanjian gencatan senjata, yang berlaku sejak 27 November 2024.

Segera angkat kaki

Presiden Lebanon Joseph Aoun, Sabtu (18/1), menegaskan kembali sikap kukuh pemerintahnya terkait dengan permintaan mundur pasukan Israel dari wilayah selatan yang mereka duduki sesuai tenggat waktu yang ditetapkan dalam perjanjian gencatan senjata 27 November 2024.

Dalam pertemuan dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di Beirut, Presiden Aoun menyoroti pelanggaran darat dan udara yang terus dilakukan militer Israel, khususnya penghancuran rumah-rumah dan desa-desa di sepanjang perbatasan.

Guterres tiba di Lebanon, Kamis (16/1), dalam "kunjungan solidaritas" ke negara Arab tersebut.

“Pelanggaran Israel, termasuk pengeboman rumah dan penghancuran desa perbatasan, merupakan pelanggaran nyata terhadap perjanjian gencatan senjata dan terus merongrong kedaulatan Lebanon,” kata Presiden Aoun.

 

“Tindakan semacam itu tidak sejalan dengan upaya internasional untuk mewujudkan perdamaian dan keamanan di kawasan,” katanya menambahkan.

Aoun, yang terpilih sebagai presiden pada 9 Januari 2025 setelah posisi tersebut kosong selama lebih dari dua tahun akibat perselisihan politik, menekankan pentingnya menghentikan pelanggaran tersebut.

Dalam pertemuan itu, Aoun juga memuji dedikasi personel Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL), yang menghadapi sejumlah serangan terhadap pangkalan mereka.

Ia menegaskan pentingnya koordinasi yang kuat antara UNIFIL dan Angkatan Bersenjata Lebanon untuk menjaga stabilitas kawasan.

Sejak 27 November 2024, gencatan senjata yang rapuh diberlakukan, mengakhiri periode saling serang antara Israel dan Hizbullah yang dimulai pada 8 Oktober 2023 dan meningkat menjadi konflik besar pada 23 September 2024.

Menurut data resmi Lebanon yang dikumpulkan Anadolu, Israel telah melakukan 564 pelanggaran hingga Jumat (17/1), yang menyebabkan 37 orang tewas dan 45 lainnya luka-luka.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler