Untuk Pertama Kali Ada Anggota Parlemen Israel Berhijab

Yassin Khatib menjadi wanita muslim pertama yang berhijab di parlemen Israel

Daily Sabah
Suasana sidang parlemen Israel (Knesset). Yassin Khatib menjadi wanita muslim pertama yang berhijab di parlemen Israel. Ilustrasi.
Rep: Fergi Nadira Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM - Seorang anggota parlemen perempuan Muslim dari minoritas Arab Israel menjadi wanita pertama di parlemen Israel yang mengenakan jilbab menyusul partai-partai Arab yang memenangkan pemilihan umum terbesar pekan ini. Wanita itu adalah Yassin Khatib.

Wanita berusia 55 tahun ini memenangkan 15 kursi dari 120 anggota DPR Israel, Knesset, dari koalisinya, Joint List. Partai tersebut mendulang sebagian besar suaranya dari 21 persen minoritas Arab Israel. Ia merupakan lulusan sarjana dari Universitas Haifa dan memperoleh master dari Universitas Tel Aviv.

Meski Khatib keturunan Palestina, namun ia memiliki kewarganegaraan Israel. Ibu empat anak itu pernah menjabat sebagai manajer sebuah pusat komunitas di desa Yafat an-Nasreh di Galilea, wilayah pinggiran Nazareth tempat Yesus dibesarkan. Jabatan itu ia emban sebelum memasuki politik nasional.

"Tidak mungkin (jilbab) tidak akan menarik perhatian orang. Tetapi yang lebih penting adalah apa yang ada di dalam: kemampuan dan potensi untuk memajukan komunitas kami," kata Khatib dikutip Haaretz, Selasa (10/3).
 
Khatib yang berasal dari partai Ra'am mengatakan dirinya merasa jilbab yang ia kenakan terkadang membangkitkan sentimen anti-Islam di Israel. Seperti diketahui sembilan juta penduduk Israel sebagian besar adalah orang Yahudi.

"Setiap tantangan yang saya hadapi dalam hidup saya menjadi lebih sulit karena saya mengenakan jilbab," katanya. Namun, dia meminta setiap individu untuk melihat individu lain tidak hanya dari pakaiannya. Akan tetapi lebih melihat lebih jauh dari sekedar pakaian seseorang untuk memahami orang tersebut.

Minoritas Arab Israel sebagian besar adalah keturunan Palestina yang tinggal di bawah pemerintahan Ottoman dan kemudian kolonial Inggris sebelum tinggal di Israel setelah negara itu didirikan pada 1948. Ini didominasi Muslim, tetapi juga termasuk anggota agama Kristen dan Druze.

Banyak orang Arab mengeluhkan diskriminasi di bidang-bidang seperti kesehatan, pendidikan, dan perumahan. Bahkan para pemimpin mereka menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghasut mereka selama pemilihan umum baru-baru ini.

Partai Likud Netanyahu menentang bahwa rencana investasi 15 miliar shekel (4,34 miliar dolar AS) untuk sektor Arab adalah yang terbesar yang pernah dilakukan oleh pemerintah Israel. Tingkat partisipasi pemilih Arab pun melonjak menjadi 64,7 persen dalam pemilihan Senin, tertinggi dalam 20 tahun. 

Hal ini tentu memberi koalisi Joint List dua kursi lebih banyak di parlemen daripada dalam pemungutan suara September lalu. Joint List adalah partai terbesar ketiga di Knesset setelah Likud yang dipimpin Netanyahu dan Blue and White Party pimpinan Gantz. Meski pengaruhnya kemungkinan akan terbatas karena tidak ada partai Arab yang pernah bergabung dengan pemerintah Israel.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler