Melihat Saksi Kejayaan Kesultanan Banten
Penyebaran Islam tak lepas dari pengaruh Kesultanan Banten.
REPUBLIKA.CO.ID, BANTEN -- Sejarah perkembangan dan penyebaran Islam di Banten tak terlepas dari pengaruh Kesultanan Banten. Kerajaan yang berdiri sekira 1526 itu merupakan kepanjangan tangan dari Kesultanan Demak yang hendak menaklukkan wilayah tanah Pasundan. Maulana Hasanuddin terlibat dalam penaklukan wilayah ini hingga ia didapuk menjadi sultan dari kesultanan tersebut.
Kesultanan Banten eksis selama lebih dari tiga abad. Kesultanan ini telah menorehkan kegemilangan. Prestasi tersebut sangat luar biasa mengingat pada saat bersamaan kolonialisme penjajah Eropa kian kuat menancapkan kuku-kukunya di tanah Pasundan.
Pada 1813 M, Kesultanan Banten akhirnya dipaksa untuk mengakui pemerintahan Kolonial Hindia Belanda. Tahun itu pula ditandai sebagai masa runtuhnya kesultanan yang selain melemah akibat faktor ekstrenal juga diakibatkan oleh konflik dan persaingan internal. Berikut ini sejumlah peninggalan Kesultanan Banten yang bertahan hingga sekarang.
Masjid Agung
Masjid Agung Banten yang dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570) diperuntukkan sebagai pusat peribadatan di Banten sekaligus simbol bahwa Kesultanan Banten Independen dari Demak. Masjid ini termasuk salah satu masjid tertua di Indonesia. Di serambi kiri masjid ini terdapat kompleks makam para sultan Banten dan keluarganya.
Keraton Surosowan
Setelah Sultan Maulana Hasanuddin mendeklarasikan Banten sebagai kesultanan yang merdeka dari Kerajaan Demak, Sultan Maulana Hasanuddin, raja sekaligus pemuka agama di Banten, juga mendirikan Keraton Surosowan. Keraton Surosowan ini digunakan sebagai tempat tinggal keluarga sultan sekaligus pusat administrasi pemerintahan Kesultanan Banten. Bangunan yang terletak di selatan Masjid Agung Banten menjadi tempat yang paling eksotis dan bersejarah.
Pelabuhan Karangantu
Selain membangun masjid sebagai pusat peribadatan dan membangun Keraton Sorosowan sebagai tempat tinggal dan pusat pemerintahan, Sultan Maulana Hasanuddin juga membangun Pelabuhan Karangantu sebagai pusat perekonomian sekaligus untuk memperkenalkan Banten sebagai kesultanan yang terlepas dari Kerajaan Demak.
Pelabuhan ini berfungsi sebagai pelabuhan internasional yang menempatkan Banten sebagai salah satu kota pelabuhan terkuat di nusantara. Saat kota Banten menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Maulana Hasanuddin, kota ini banyak didatangi pedagang asing dan nusantara.