Antisipasi Corona, Dokter Penerbangan akan Awasi Bandara

Asosiasi Dokter Penerbangan akan bentuk satgas untuk memonitor bandara

Antara/Fikri Yusuf
Petugas memantau suhu tubuh penumpang menggunakan alat pemindai suhu tubuh di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Rabu (22/1/2020). (Antara/Fikri Yusuf)
Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Penerbangan Indonesia (Perdopsi) akan mengawasi bandara-bandara internasional di Indonesia untuk memantau orang-orang yang terkena infeksi sebagai langkah antisipasi pencegahan virus Corona.


Ketua Perdopsi dr Wawan Mulyawan Sp.KP dalam diskusi di Kantor Angkasa Pura II menjelaskan pihaknya akan menerjunkan sejumlah personel dalam bentuk satuan tugas (satgas) “infection control officer” atau petugas pengendali infeksi.

“Kita sepakat untuk mempunyai sebuah penugasan di ana sejumlah dokter untuk monitoring di bandara,” katanya di Tangerang, Kamis (12/3). Wawan mengatakan pihaknya akan mengajukan sejumlah dokter yang direkomendasikan kepada otoritas bandar udara yang berstatus internasional.

Untuk tahap pertama, ia mengatakan, pihaknya akan memulai di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang karena merupakan bandara dengan pergerakan penumpang paling banyak.“Upaya ini dilakukan karena personel dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Pelabuhan (KKP) yang terbatas. Kalau kita bisa membantu untuk menyediakan dokter Perdopsi, dokter spesialis penerbangan serta calon-calon dokter spesialis penerbangan yang sedang menempuh pendidikan,” katanya.

Petugas pengendali infeksi itu akan dilengkapi dengan pakaian serta peralatan khusus dan akan memonitor di setiap sudut terminal bandara untuk menyosialisaikan penecegahan penularan, membantu cara mencuci tangan serta masyarakat bisa melaporkan langsung tentang keluhan kesehatannya.

“Ini supaya memberikan efek psikologis bahwa ada ‘polisi’ kontrol infeksi ini bahwa mereka merasa terawasi,” katanya. Ia menyarankan agar warga yang sakit untuk tidak melakukan penerbangan sesuai dengan slogan “If you’re sick, don’t fly!” (jika Anda sakit, jangan terbang”) untuk mencegah penularan virus corona.

Imbauan tersebut agar masyarakat yang sehat tetap bisa terbang dan merasa aman saat melakukan penerbangan.“Target utama bagaimana agar masyarakat tetap berani menggunakan pesawat terbang. Tagline (slogan) yang kita pakai adalah ‘if you’re sick don’t fly. Tagline ini ingin kita ‘endorse’ masyarakat yang sehat yakin kalau terbang dan enggak tertular,” katanya.

Sebab, dia menyebutkan, sebanyak 80 persen orang dinyatakan positif terkena virus corona tanpa menunjukan gejala, dan yang menunjukan gejala hanya 15 persen dan yang betul-betul sakit lima persen.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler