Warga Palestina Diminta Ibadah di Rumah
Aktivitas masjid dan Gereja di Palestina ditutup sementara.
REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Otoritas Palestina menutup sementara aktivitas ibadah di masjid-masjid dan gereja-gereja di Tepi Barat yang diduduki pada Sabtu (14/3) waktu setempat. Hal itu untuk mencegah penyebaran virus corona baru.
Hamas yang mengendalikan Gaza pun menyatakan, semua perjalanan yang melintasi penyeberangan perbatasan akan ditutup. Kementerian Urusan Agama Palestina meminta warga Palestina untuk beribadah di rumah. "(Hal ini) mengingat rekomendasi Kementerian Kesehatan untuk mengurangi kontak dengan orang-orang. Dan untuk mengurangi pertemuan sebanyak mungkin, kami menyerukan umat Muslim kami di Palestina untuk mengadakan shalat di rumah," kata sebuah pernyataan kementerian dilansir Reuters.
Di Ramallah, seorang muazzin menyisipkan lafal tambahan dalam azannya dengan kata-kata, "Berdoa di rumah, berdoa di rumah." Sedangkan di Masjid Al-Aqsa, sejauh ini tengah diupayakan berbagai langkah agar para Muslim tetap bisa melaksanakan shalat di sana.
Dewan yang ditunjuk Yordania yang mengawasi situs-situs Islam di kompleks suci Yerusalem telah berupaya membuat masjid tersebut terbuka untuk shalat Jumat. Tetapi, dewan itu mengimbau jamaah untuk berkumpul di halaman luar kompleks seluas 35 hektar ite. Dewan Wakaf meyakinkan para jamaah dalam sebuah pernyataan pekan ini bahwa seluruh kompleks, termasuk kubah emasnya sedang disterilkan terus menerus.
Otoritas Palestina telah menetapkan keadaan darurat di Tepi Barat yang diduduki dan mengisolasi Betlehem setelah tujuh kasus virus corona terkonfirmasi di kota tersebut. Sampai saat ini, 38 kasus virus corona di Tepi Barat yang diduduki telah terkonfirmasi. Untuk wilayah Jalur Gaza, hingga kini belum ada laporan kasus virus corona.
Hamas yang mengendalikan Gaza menutup penyeberangan perbatasan Gaza dengan Israel dan Mesir untuk perjalanan. Tetapi tidak termasuk kasus-kasus yang mengancam jiwa yang memerlukan perawatan medis. Pertemuan akan dibatasi hingga 100 orang dan sekolah-sekolah harus ditutup hingga Maret.
Israel dan Mesir juga menjaga Jalur Gaza dengan mengontrol ketat pergerakan lintas perbatasan mereka. Di Israel, ada 164 kasus virus corona yang terkonfirmasi. Pertemuan yang digelar di Israel dibatasi hanya sampai 100 orang. Beberapa otoritas keagamaan di Tanah Suci, termasuk Patriarkat Latin Yerusalem, telah bergerak untuk menerapkan kontrol kerumunan di tempat-tempat ibadah.
Negara-negara dengan penduduk mayoritas Muslim telah melakukan berbagai langkah untuk mencegah penyebaran wabah. Mesir akan menutup kegiatan pendidikan di sekolah dan universitas selama dua pekan mulai 15 Maret. Di antara negara-negara Teluk Arab, Arab Saudi dan Kuwait mengambil keputusan paling signifikan yaitu dengan membatalkan semua penerbangan internasional.
Saudi juga menyatakan, mereka yang dikarantina dan mereka yang takut terinfeksi atau menginfeksi orang lain tidak perlu shalat Jumat di masjid. Pakistan juga telah menutup sekolah dan perbatasan daratnya dan memutuskan untuk membatasi penerbangan internasional dan mencegah pertemuan besar.