Asosiasi Retail Inggris Imbau Warga tidak Belanja Berlebihan
British Retail Consortium (BRC) imbau warga Inggris tidak lakukan 'panic buying'.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Asosiasi retail Inggris, British Retail Consortium (BRC) mengimbau kepada warga agar tidak panic buying atau berbelanja secara berlebihan karena kekhawatiran terhadap wabah virus corona. BRC, yang mewakili kelompok supermarket termasuk pemimpin pasar Tesco (TSCO.L), Sainsbury (SBRY.L), Asda (WMT.N) dan Morrisons (MRW.L), mengatakan, para pengecer telah menulis edaran kepada pelanggan.
Pihaknya juga meminta mereka untuk berbelanja secara wajar serta tidak berlebihan. Surat edaran ini akan diterbitkan dalam kolom iklan di sejumlah surat kabar nasional yang terbit Ahad dan Senin.
“Kami memahami kekhawatiran Anda tetapi membeli lebih dari yang dibutuhkan berarti dapat merugikan orang lain. Stok cukup bagi semua orang jika kita semua bekerja bersama," ujar Kepala Eksekutif BRC, Helen Dickinson.
Dalam surat edaran kepada pelanggan, Dickinson mengatakan, pengecer bahan makanan bekerja sama dengan pemerintah dan pemasok untuk menjaga rantai pasok. Mereka bergerak cepat untuk memastikan suplai bahan kebutuhan pokok di supermarket terpenuhi.
Dickinson juga memastikan, stok bahan kebutuhan pokok yang dijual oleh pengecer online juga masih tersedia. Ketua Tesco, John Allan mengatakan bahwa, pengecer online tidak akan kekurangan stok.
Pekan lalu, media sosial di Inggris dihebohkan dengan foto-foto rak kosong di sejumlah supermarket besar. Sejumlah barang kebutuhan pokok seperti pasta kering, tisu toilet, dan makanan kaleng paling banyak dibeli oleh pelanggan.
Aktivitas belanja warga Inggris telah meningkat sejak Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan bahwa mereka yang menunjukkan gejala ringan terkait virus korona harus mengkarantina diri sendiri setidaknya selama tujuh hari. Hingga Sabtu lalu, 21 orang meninggal dunia akibat positif virus korona di Inggris.