Setelah Cinta Laut, Grup The Rain Rilis Lagu Peduli Iklim
Grup musik The Rain merilis lagu 'Today for Tomorrow' sebagai teguran krisis iklim.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama lebih dari 18 tahun berkarya, band asal Yogyakarta The Rain identik dengan lagu-lagu cinta. Dari "Dengar Bisikku" hingga "Terlatih Patah Hati", kebanyakan mengangkat pahit manisnya asmara.
The Rain tidak hanya merilis lagu cinta antarmanusia. Tahun lalu, band yang beranggotakan Indra Prasta (vokal, gitar), Iwan Tanda (gitar), Ipul Bahri (bas), dan Aang Anggoro (drum) itu melahirkan lagu "Laut Bukan Tempat Sampahmu".
Tembang yang memuat kecintaan terhadap laut itu termuat dalam mini album Kolasea yang dirilis Greenpeace Indonesia. Dengan muatan serupa, The Rain menghadirkan karya terbaru pada Maret 2020 yang berjudul "Today for Our Tomorrow".
"Lagu ini adalah pengingat tentang krisis iklim yang bukan lagi mengancam generasi anak cucu kita jauh di masa depan nanti, namun sudah jelas dirasakan oleh generasi saat ini," ujar Indra sang vokalis lewat pernyataan resminya, Senin (16/3).
Sebelum direkam, "Today for Our Tomorrow" pertama kali dibawakan di panggung saat penutupan Pekan Iklim yang digelar oleh Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia. Pada acara itu, The Rain berkenalan dengan banyak teman baru yang peduli lingkungan.
Dari perjumpaan tersebut, The Rain memutuskan untuk berbuat sesuatu dan melanggengkan semangat berkolaborasi. The Rain mendonasikan seluruh keuntungan penjualan lagu untuk kegiatan edukasi dan pembuatan video dokumenter oleh Rekam Nusantara Foundation.
Lewat tayangan-tayangannya, Rekam Nusantara Foundation mengajak generasi muda Indonesia menjadi lebih peduli lingkungan. Video mengingatkan untuk tidak merusak lingkungan dan menggaet anak muda supaya terlibat dalam pelestarian sumber daya alam Indonesia.
Selain itu, The Rain merilis merchandise khusus untuk lagu berupa tote bag kain yang bisa digunakan sebagai tas belanja pengganti kantong plastik. Seluruh keuntungan penjualan tote bag disalurkan untuk Komunitas Peduli Ciliwung.
Komunitas yang berdiri sejak 2009 itu rutin menggagas kegiatan bersih-bersih sampah di sungai Ciliwung. Donasi akan digunakan untuk membeli peralatan keselamatan anggota komunitas seperti rompi, helm, sepatu karet, dan sarung tangan karet.