Masyarakat Diminta tak Panik dalam Kasus Corona
Masyarakat harus disiplin melakukan social distancing atau pembatasan interaksi
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wakil Gubernur Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum berharap masyarakat tidak panik dengan membeli secara berlebihan alat pelindung diri seperti masker, hand sanitizer, dan thermal gun. Menurut dia, yang paling penting adalah masyarakat harus disiplin melakukan social distancing atau pembatasan interaksi yang sangat efektif mencegah penyebaran Covid-19.
“Tidak usah panik dan dipaksakan membeli alat-alat itu. Cuci tangan dengan air biasa juga bisa. Kalau masker kan untuk orang yang sakit atau berada di sekitarnya," katanya.
Menurut dia, thermal gun bisa diganti juga dengan termometer. Ia berpendapat, semua fungsinya sama. "Justru yang paling penting adalah taat melakukan social distancing,” katanya.
Terkait stok pangan, Uu menjamin ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat (kepokmas) aman hingga bulan Ramadhan kedepan sekalipun adanya Covid-19. “Stok pangan Jabar sekalipun ada peristiwai ini aman. Kasihan masyarakat sudah khawatir karena corona ditambah sembako susah. Jangan sampai itu terjadi. Jangan khawatir untuk pangan kita aman, termasuk menghadapi Ramadhan kita juga sudah antisipasi,” ungkap Uu.
Uu, yang juga Mustasyar PW Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jabar, memandang tidak perlu berlebihan tentang kekhawatiran tertularnya Covid-19 di tempat ibadah, seperti ketika shalat Jumat atau kegiatan tabligh akbar.
“Jangan sampai kekhawatiran terhadap hal-hal yang belum pasti, kewajiban agama jadi diabaikan, apalagi sebentar lagi memasuki bulan Ramadan,” ujar Kang Uu saat dihubungi lewat sambungan telepon, Selasa (17/3).
Uu mengatakan, kemungkinan penularan Covid-19 di masjid ketika shalat Jumat tergolong kecil. Sebab, sebelum melaksanakan shalat, orang diwajibkan berwudhu yang dapat menghilangkan potensi virus di area tubuh.
“Saya kira tidak usah berlebihan. Kan orang masuk masjid mau shalat dan sebelumnya berwudhu dulu. Dia kan sudah bersih dan ada doanya. Islam itu sudah sempurna dalam segala hal,” katanya.
Uu menyatakan shalat Jumat wajib dilaksanakan di masjid dan tidak bisa digantikan dengan shalat Zhuhur, kecuali bagi musafir. “Masa masyarakat tidak akan Jumatan. Memang bisa digantikan dengan shalat Zhuhur, tapi kan harus jelas alasanya seperti musafir,” katanya.
Uu menceritakan, pada zaman Nabi, beribadah shalat berjamaah di masjid tetap dilakukan sekalipun dalam kondisi perang atau saat ada wabah penyakit. Menurut dia, dengan adanya musibah Covid-19, justru masyarakat harus meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta meminta perlindungan kepada Allah SWT.
“Dulu juga tidak pernah mengabaikan. Justru dengan adanya musibah ini kita harus bersabar, berikhtiar, berdoa untuk mendapatkan perlindungan dari Allah SWT. Makanya Kang Emil ada program subuh berjamaah,” katanya.