Arab Saudi Hentikan Salat Berjamaah di Masjid karena Corona

Masjid tak lagi menerima jamaah untuk melaksanakan salat berjamaah

Amr Nabil/AP Photo
Suasana lengang di Masjidil Haram pascapenghentian umrah oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi di Makkah.(Amr Nabil/AP Photo)
Rep: Antara Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH - Pemerintah Arab Saudi mengatakan pada Selasa masjid-masjid tak lagi menerima jamaah untuk melaksanakan salat lima waktu yang dilakukan setiap hari maupun shalat Jumat berjamaah sepekan sekali. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk membatasi penyebaran COVID-19 yang telah menginfeksi 171 orang.

Arab Saudi melaporkan 38 kasus baru sehingga total kasus di negara tersebut berjumlah 171. Kerajaan telah mengambil langkah-langkah drastis untuk memerangi penyebaran virus corona. Langkah itu termasuk dengan menghentikan umroh, menangguhkan penerbangan internasional, serta menutup sekolah-sekolah dan mayoritas fasilitas umum.

Kegiatan ibadah akan terus dilakukan hanya di dua masjid-masjid suci di Makkah dan Madinah, yang merupakan tempat-tempat paling suci bagi umat Islam, sebagaimana dilaporkan kantor berita SPA. Keputusan tersebut dibuat oleh badan ulama tinggi.

Pintu masjid-masjid akan ditutup dan panggilan salat (adzan) akan mengarahkan jamaah untuk melaksanakan shalat di rumah. Kerajaan Arab Saudi sebelumnya menangguhkan kegiatan pekerjaan untuk pegawai pemerintah kecuali di sektor kesehatan, militer, dan keamanan.

Bank sentral mengatakan telah mengaktifkan rencana kesinambungan bisnis dan langkah-langkah kerja dari rumah untuk lembaga keuangan. Media melaporkan Dewan Menteri menunda pertemuan rutin selama dua pekan.

Putra Mahkota Mohammad bin Salman kemudian berbicara melalui telepon dengan para pemimpin Prancis dan India untuk membahas upaya global untuk mengendalikan virus corona. Oman, negara yang bertetangga dengan Arab Saudi, juga menutup masjid-masjid, restoran, kedai-kedai kopi, area wisata, serta pasar tradisional dan pusat perbelanjaan kecuali toko supermarket dan apotek.

Qatar melaporkan tiga kasus baru dan membuat total kasus COVID-19 menjadi 442. Negara tersebut juga telah menutup toko-toko di mal yang tidak menjual makanan atau obat-obatan, serta menutup sebagian dari area industri setidaknya untuk dua pekan, kata juru bicara otoritas Qatar.

Uni Emirat Arab (UAE) melaporkan 15 kasus baru sehingga totalnya menjadi 113. Di tengah ketidakpastian di pasar regional dan jatuhnya harga minyak, UAE mengumumkan bahwa saham akan diizinkan untuk turun maksimum 5 persen, bukan 10 persen, secara harian dari harga penutupan hari sebelumnya.

Bahrain, dengan 227 kasus dan satu-satunya kematian di antara enam negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk, mengambil sejumlah langkah. Langkah yang diambil termasuk menyediakan pembiayaan untuk beberapa pembayaran utilitas perorangan dan perusahaan, serta membebaskan fasilitas wisata dari pajak.

Kementerian keuangan kerajaan pulau itu juga mengatakan akan menggandakan ukuran dana likuiditasnya menjadi 200 juta dinar (530 juta dollar AS). Bank sentral akan meningkatkan kapasitas pinjaman bank sebesar 3,7 miliar dinar (9,8 miliar dollar AS) untuk menunda angsuran atau menyediakan pembiayaan tambahan.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler