Menggantungnya Kejelasan Olimpiade 2020 Tuai Kritik Pedas

IOC masih ingin melihat perkembangan penanganan pandemi corona selama empat pekan.

DOK WIKIMEDIA
Stadion The National Speed Skating Oval untuk Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022.
Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Peraih medali emas cabang olahraga sepeda pada Olimpiade 2016, Callum Skinner mengungkapkan kekesalannya kepada Komite Olimpiade Internasional (IOC) melalui cuitannya di media sosial Twitter. Pasalnya, IOC hingga kini belum memutuskan masa depan Olimpiade Tokyo 2020 di tengah pandemi virus Corona (Covid-19). Skinner menilai Presiden IOC Thomas Bach arogan dan keras kepala.


 

IOC masih ingin melihat perkembangan penanganan pandemi virus Corona (Covid-19) selama empat pekan ke depan baru kemudian mengambil keputusan. "Sikap keras kepala dan kesombongan presiden IOC Thomas Bach telah gagal secara spektakuler dalam hal ini dan ia telah melemahkan pergerakan Olimpiade," kata Skinner dalam cuitannya seperti dikutip dari Sports Mole, Selasa (24/3).

 

"Ini bukan pertama kalinya dia menempatkan motifnya sendiri di atas para atlet dan pergerakan," tegas dia.

 

Olimpiade Tokyo 2020 rencananya akan akan dimulai pada 24 Juli sampai 9 Agustus 2020. Adapun Paralimpiade Tokyo digelar satu bulan setelahnya, yakni 25 Agustus sampai 6 September. Namun, pandemi Corona memaksa semua kegiatan yang melibatkan banyak orang harus dihentikan. Bahkan setiap orang diimbau untuk mengisolasi diri di rumah masing-masing.

 

Asosiasi Olimpiade Inggris (BOA) mendukung penundaan Olimpiade Tokyo 2020. Inggris tidak mungkin mengirim atletnya sementara fasilitas latihan di berbagai tempat ditutup. Selain itu, Komite Olimpiade dan Paralimpiade Kanada telah mengumumkan bahwa mereka tidak akan bertanding di Tokyo musim panas ini, dan pihak Australia mengatakan kepada para atlet mereka untuk mempersiapkan penundaan musim panas 2021.

 

Tim USA mengatakan telah mensurvei atlet-atletnya dengan hampir 93 persen dari 1.780 responden lebih memilih untuk menyaksikan Olimpiade ditunda daripada pembatalan langsung, sementara 68 persen mengatakan bahwa pertandingan tidak dapat dipertandingkan secara adil jika dilanjutkan sesuai jadwal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler