Studi: Kasus Corona di Indonesia Capai 34.300 Pasien
Skenario terburuk, corona menginfeksi 5 juta warga Jakarta pada akhir April 2020.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pakar kesehatan menyatakan, Indonesia menghadapi lonjakan kasus penyebaran virus corona atau Covid-19 karena lambannya respons pemerintah. Pemerintah pun terkesan menutupi terkait skala wabah di negeri berpenduduk sekitar 260 juta, yang merupakan terpadat keempat di dunia tersebut. Hingga Selasa (24/3), Indonesia tercatat memiliki 686 kasus pasien positif corona.
Namun, data ini dianggap mengecilkan skala infeksi karena rendahnya jumlah tes di lapangan dan tingkat kematian yang tinggi. Indonesia telah melaporkan 55 kematian, tertinggi di Asia Tenggara. (Data terbaru pada Rabu (25/3) menunjukkan jumlah pasien corona mencapai 790 kasus dengan tingkat kematian 58 orang).
Dilansir dari Reuters, sebuah studi terkait Pusat Pemodelan Matematika untuk Penyakit Menular yang berbasis di London, Inggris, yang dirilis pada Senin (23/3) memperkirakan hanya dua persen dari dari jumlah keseluruhan kasus infeksi corona di Indonesia yang telah dilaporkan. Hal itu berarti angka sebenarnya pasien dapat mencapai 34.300 orang atau lebih banyak daripada Iran. Pemodelan lain memproyeksikan, dalam skenario terburuk, jumlah kasus bisa meningkat hingga menyerang 5 juta orang terinfeksi di Jakarta pada akhir April mendatang.
"Kita telah kehilangan kendali. Ini telah menyebar di mana-mana," kata pakar ekonomi kesehatan masyarakat Ascobat Gani. “Mungkin kita akan mengikuti Wuhan atau Italia. Saya pikir kita berada dalam kisaran itu.”
Sistem kesehatan Indonesia sangat buruk dibandingkan negara lain yang terkena dampak virus corona. Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Indonesia hanya memiliki 321.544 tempat tidur rumah sakit. Angka itu berarti sekitar 12 tempat tidur per 10 ribu orang. Bandingkan Korea Selatan (Korsel) yang memiliki 115 per 10 ribu orang, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pada 2017, WHO juga menemukan Indonesia hanya memiliki empat dokter per 10 ribu. Angka itu lebih rendah dibandingkan Italia yang memiliki 10 kali lebih banyak atau Korsel yang memiliki dokter enam kali lebih banyak per kapita.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, membantah tentang hasil studi simulasi yang menunjukkan angka terburuk penularan corona. "Kita tidak akan sampai seperti itu," kata Yuri merujuk perbandingan wabah yang menyebar di Italia dan Cina. "Yang penting adalah kita mengerahkan orang-orang... mereka harus menjaga jarak."
Yuri menuturkan, dengan langkah-langkah menjaga jarak yang tepat, seharusnya tidak ada kebutuhan untuk tempat tidur tambahan. Selain itu, staf medis yang ada cukup untuk mengatasi wabah corona.
Namun, seorang ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Budi Waryanto mengatakan, “Rumah sakit tidak siap untuk mendukung kasus-kasus yang bakal muncul. Perawatan akan terbatas."