Hoaks, Pesan Berantai Pasien Meninggal karena Corona

Uji laboratorium sampel dari pasien yang meninggal asal Kolaka belum keluar.

MgIt03
Melawan penyebaran virus corona (ilustrasi).
Rep: Antara Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sulawesi Tenggara (Sultra) dr. La Ode Rabiul Awal menegaskan bahwa pesan berantai yang tersebar di media sosial (medsos), terutama WhatsApp, yang mengatakan bahwa pasien dalam pemantauan (PDP) asal Kabupaten Kolaka yang meninggal pada Senin (23/3) pukul 11.00 Wita, saat diisolasi di RS Bahtermas Kendari, positif virus terjangkit Covid-19 adalah pesan bohong atau hoaks.

Rabiul menegaskan bahwa pesan berantai tersebut tidak benar atau hoaks, karena hasil uji laboratorium sampel dari pasien yang meninggal tersebut belum keluar. Karena itu ia meminta masyarakat agar tidak memercai informasi tersebut. "Tidak betul ini (pesan berantai), hasil pemeriksaan belum ada," kata dr Rabiul saat dikonfirmasi via WhatsApp terkait pesan berantai tersebut, Rabu malam.

Rabiul mengungkapkan bahwa sampel dari pasien status PDP yang meninggal saat diisolasi di RS Bahtermas tersebut diuji di laboratorium Balitbang Kementerian Kesehatan RI. Pengujian tersebut memakan waktu tiga hingga lima hari. "Kita menunggu tiga sampai lima hari, tergantung kapasitas pemeriksaan di sana, karena pengiriman dari daerah kan makin banyak, walaupun sudah dibuka cabang laboratorium pemeriksaan," ujar Rabiul.

Dia mengungkapkan, ketika hasil uji laboratorium telah keluar, Kemenkes akan mengirimkan hasil itu ke Dinkes Sultra. Dinkes selanjutnya akan memberitahu hasil itu kepada keluarga pasien. Tujuannya untuk mengedukasi keluarga dan mengurangi efek kejut terhadap keluarga pasien.

Namun, kata dia, jika hasilnya positif maka akan diumumkan lewat Juru bicara Covid-19 Nasional Achmad Yurianto. Sementara, jika hasilnya negatif, akan disampaikan oleh juru bicara gugus tugas penanganan Covid-19 berdasarkan persetujuan Dinkes Sultra.

"Setelah hasilnya keluar, yang diumumkan resmi oleh Jubir itu yang positif. Yang negatif itu dikirim saja hasilnya ke daerah Dinkes Sultra. Tapi pengumumannya menunggu setelah Jakarta mengumumkan, baru kita umumkan, lewat koordinasi dengan Dinkes," ucap Rabiul.

Sebelumnya, warga Sultra dihebohkan dengan tersebarnya pesan berantai dalam bentuk rekaman suara berdurasi 1.04 detik yang tersebar di grup-grup WhatsApp yang mengatakan bahwa keluarga dari pasien yang meninggal tersebut mendapat informasi bahwa pasien yang meninggal itu dinyatakan positif virus corona dan hasil laboratoriumnya telah keluar.

"Sekadar info, saya baru terima informasi dari grup keluarga saya yang berada di Kabupaten Kolaka bahwa yang kemarin viral Hj. Rahma yang meninggal dunia di Rumah Sakit Bahteramas Kendari, Sulawesi Tenggara, hari ini keluar hasil lab-nya yang dikirim ke laboratorium di Jakarta dan diterima di Kendari dan sudah diumumkan bahwa almarhumah positif Covid-19 dan Kolaka dalam siaga satu," ucap orang dalam rekaman yang viral tersebut.


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler