Tetap Tenang Meski Dibombardir Informasi Soal Corona

Banyaknya informasi tentang virus corona bisa menimbulkan gangguan kecemasan.

Pixabay
Gangguan kecemasan (Ilustrasi). Banyaknya informasi tentang virus corona bisa menimbulkan gangguan kecemasan.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagai kabar mengenai virus corona di media sosial, baik yang akurat maupun hoaks, terus menggempur warganet setiap hari. Apabila terus terakumulasi, semua itu bisa menyebabkan kepanikan, rasa gelisah, hingga gangguan kecemasan.

Kabar baiknya, kecemasan bisa dikelola dengan sejumlah cara. Psikolog klinis asal Chicago, Debra Kissen, mengajak untuk terlebih dahulu mengetahui definisi kecemasan, yakni respons otak terhadap segala ketidakpastian.

"Kecemasan seperti mempertanyakan "bagaimana jika" tentang apa saja di masa depan. Adakah hal buruk yang akan terjadi, dan bagaimana cara melindungi diri?" ujar CEO Light on Anxiety CBT Treatment Center itu, dikutip dari laman Health 24.

Kissen mengatakan, pandemi corona memperparah itu karena efek dari virus merayap di segala celah kehidupan. Orang menjadi khawatir mendengar batuk tetangga sebelah, menyentuh barang di tempat umum, atau saat belanja di supermarket.

Dalam menghadapi ancaman yang terlihat, otak biasanya memilih antara opsi bertarung atau melarikan diri. Akan tetapi, di tengah ketidakpastian, otak mencari apa yang dapat dikendalikan, bahkan ketika tidak ada hal yang dapat dilakukan.

Itulah saat masalah bermula. Beberapa orang terus mencari tindakan yang harus diambil, mengikuti impuls tidak sehat yang mengatakan, "Biarkan saya mendapat informasi lebih banyak" alih-alih menerima ada batasan untuk kendali diri di satu titik.

Anjuran Kissen adalah menyeimbangkan diri, termasuk berhati-hati mengakses media sosial. Bukan berarti seseorang sama sekali tidak membuka media sosial dan kanal berita, berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Menurut Kissen, hal tersebut justru tidak sehat.

Ketika hendak mencari kabar tentang corona, pastikan tidak termakan kabar yang belum pasti kebenarannya. Pilih sumber berita yang menyediakan informasi berkualitas tinggi. Tetapkan waktu akses, misalnya membaca maksimal 10 artikel kredibel atau 30 menit sehari.

Cara menjaga otak terhindar dari autopilot rasa khawatir adalah melalui kesadaran dengan hidup di saat ini. Kissen mengibaratkan otak yang lelah seperti komputer yang membuka 20 program dan menjadi macet karena ada terlalu banyak hal terjadi.

"Apa yang kita lakukan untuk me-reboot diri kita sendiri? Apakah berdiri dan meregangkan tubuh? Menghirup udara segar? Input seperti apa yang dapat kita berikan pada tubuh untuk bergerak dan melepaskan diri?" ungkapnya.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler