Doa di Tengah Wabah Covid-19
Di tengah mewabahnya Covid-19, seorang mukmin mesti banyak berdoa.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nur Faridah
Pada suatu hari, salah seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi Allah.” Rasulullah menjawab, “Perbanyaklah berdoa. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan doamu akan terkabul.” (HR ath-Thabrani).
Tidak sedikit orang yang meremehkan doa. Mereka menganggap segala masalah bisa diselesaikan dengan usaha sendiri, tidak perlu doa. Doa dianggap sebagai sesuatu yang sia-sia dan tidak ada gunanya, sekadar ilusi, berharap pada sesuatu yang tidak ada wujudnya. Berbeda dengan usaha yang jelas ukuran dan targetnya. Ada masalah, dicarikan solusinya, dan masalah dapat dipecahkan, atau target bisa didapatkan. Pendek kata, mereka merasa tidak penting berdoa, cukup dengan usaha.
Meremehkan apalagi mengabaikan doa bukanlah sikap seorang mukmin sejati yang meyakini adanya Allah yang mengatur segala sisi kehidupan manusia dan alam semesta. Seorang mukmin akan selalu menyertakan Allah dalam setiap usaha yang dilakukan. Segala persoalan atau masalah hidup akan selalu dicarikan solusinya untuk dipecahkan sembari diiringi doa. Doa adalah kekuatan dahsyat yang bermanfaat dan bisa membantu menyelesaikan persoalan hingga tuntas.
Pada hadis tersebut, Rasulullah menyuruh orang mukmin untuk banyak berdoa dalam segala kondisi, baik saat lapang maupun sempit. Terkadang, berdoa dilakukan pada saat kondisi sempit, susah, dan berat. Beliau mengingatkan bahwa dalam kondisi lapang atau senang pun harus berdoa. Rasulullah bersabda, “Berdoalah kepada Tuhanmu saat kamu senang (bahagia). Sesungguhnya Allah berkata, ‘Barang siapa berdoa (memohon) kepada-Ku pada waktu dia senang (bahagia) maka Aku akan mengabulkan doanya pada waktu dia dalam kesulitan.’” (HR ar-Rabi’).
Doa itu senjata orang mukmin, juga pilar agama serta cahaya langit dan bumi. Rasulullah bersabda, :Doa adalah senjata seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi." (HR Abu Ya’la). Doa juga merupakan otak atau inti ibadah. Rasulullah bersabda, “Doa itu adalah otaknya ibadah.” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi). Doa juga merupakan sesuatu yang paling utama di sisi Allah. Rasulullah bersabda, “Tidak ada yang lebih utama (mulia) di sisi Allah daripada doa.” (HR Ahmad).
Seorang mukmin sejati tidak boleh lelah dan bosan untuk berdoa setiap saat. Jika apa yang diharapkan dalam doanya belum terwujud, itu bukan berarti doanya tidak terkabul. Allah sesungguhnya akan memberinya dengan sesuatu yang lebih baik daripada yang dimintanya. Rasulullah bersabda, “Tiada seorang berdoa kepada Allah dengan suatu doa kecuali dikabulkan-Nya dan dia memperoleh salah satu dari tiga hal, yaitu dipercepat terkabulnya baginya di dunia, disimpan (ditabung) untuknya sampai di akhirat, atau diganti dengan mencegahnya dari musibah (bencana).” (HR ath-Thabrani).
Seorang mukmin mesti banyak berdoa dan yakin bahwa doanya bakal terkabul. Semakin seorang mukmin banyak berdoa, semakin Allah dekat dengannya. Ketika Allah sudah dekat dengannya, segala permintaan pun akan dikabulkan. Dalam hadis dikatakan bahwa Allah malu jika ada orang berdoa kepada-Nya tetapi tidak Dia kabulkan. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan Maha Pemurah. Allah malu apabila ada hamba-Nya yang menengadahkan tangan (memohon kepada-Nya), lalu dibiarkan kosong dan kecewa.” (HR al-Hakim).
Di tengah wabah penyakit saat ini, selain upaya pencegahan agar wabah tak semakin meluas, kita juga perlu terus-menerus berdoa kepada Allah. Doa agar kita tidak terkena wabah, wabah tak meluas, wabah segera berakhir, dan orang-orang yang sudah terkena segera sehat kembali, tidak menular kepada orang lain. Manusia berikhtiar mencari cara untuk menangkal wabah. Namun, bila kita tak melibatkan Allah, bisa jadi upaya kita akan sia-sia. Wallahualam.