Hujan dan Teguran Langsung dari Allah

Hujan adalah rahmat yang diturunkan oleh Allah SWT.

Flickr
Hujan (ilustrasi)
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mekanisme alam terjaga dengan proses hujan. Melalui hujan, Allah SWT menurunkan rahmat-Nya kepada seluruh penghuni bumi, termasuk manusia. Rahmat Allah itu luas bentuknya, tak terukur nilainya, dan tak pula bisa diukur dengan logika manusia.

Baca Juga


Akan tetapi, hujan acapkali justru tak membuat manusia ingat kepada Sang Mahapencipta. Ini pula yang menjadi sebab terjadinya kisah berikut, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Abi Hatim dari Abu Harizah.

Suatu ketika, pasukan Muslimin sedang menjalani ekspedisi Perang Tabuk. Mereka tiba dan beristirahat di suatu daerah. Meskipun gersang, daerah itu memiliki beberapa sumber air.

Namun, Rasulullah SAW memerintahkan mereka agar tidak membawa air dari tempat itu sedikitpun. Mereka mematuhinya dan lantas melanjutkan kembali perjalanan.

Maka sampailah pasukan Muslimin di daerah lain. Sementara itu, bekal sudah menipis. Bahkan, mereka tidak lagi memiliki persediaan air.

Sejumlah sahabat lalu mengadukan keadaan itu kepada Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW lalu melaksanakan shalat dua rakaat. Kemudian, beliau menengadahkan tangannya ke langit, berdoa kepada Allah untuk meminta hujan.

Atas izin Allah Ta'ala, hujan pun turun. Seketika, kaum Muslimin bersyukur dan bersuka cita. Mereka semuanya bisa minum dengan puas.

Seorang laki-laki dari kalangan Anshar lantas berkata kepada seorang di sebelahnya. Orang ini ditengarai diam-diam sebagai munafik.

Kata orang Anshar itu, "Tidakkah engkau melihat? Baru saja Nabi SAW berdoa, Allah lalu menurunkan hujan kepada kita?"

"Tidak!" jawab si munafik itu sambil menunjuk ke langit, "sesungguhnya kita mendapat curahan hujan ini karena pengaruh bintang ini dan itu.”

Maka, turunlah wahyu kepada Nabi SAW. Yakni, surah al-Waaqi'ah ayat 75-82.

Artinya, "Lalu Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Dan sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui, dan (ini) sesungguhnya Al-Qur’an yang sangat mulia, dalam Kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuz), tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan seluruh alam. Apakah kamu mengganggap remah berita ini (Al-Qur’an)? dan kamu menjadikan rezeki yang kamu terima (dari Allah) justru untuk mendustakan(-Nya)."

Ayat yang terakhir itu menjadi teguran langsung dari Allah atas ucapan si munafik tersebut. Wallahu a’lam bish-shawab.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler