Hakikat Iman dalam Hadis Rasulullah di Kitab Jawahir Bukhari

Rasulullah menjelaskan hakikat makna iman dalam sejumlah hadisnya.

Rasulullah menjelaskan hakikat makna iman dalam sejumlah hadisnya. Beribadah/ilustrasi
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, Tidak sampai hakikat ketakwaan seorang hamba hingga dirinya merasa yakin dengan apa yang dijalankannya dalam hatinya ketika dia beribadah kepada Allah.

Baca Juga


Penjelasan di atas merupakan intisari dari hadis yang diriwayatkan Abdullah Ibnu Umar ini didasarkan pada firman Alah SWT yang menyatakan, ''Sesungguhnya, orang yang beriman kepada Allah itu adalah orang yang hatinya senantiasa ingat (berzikir) kepada Allah. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka, bergetarlah hatinya dan bertambahlah keimanannya.''

Ibnu Mas'ud RA dalam mengomentari hadis yang diriwayatkan Ibnu Umar RA ini menjelaskan, sesungguhnya keyakinan beriman itu harus sepenuhnya. Artinya, tidak sampai seorang manusia pada derajat iman kepada Allah hingga dia meninggalkan segala perbuatan maksiat, dosa, dan segala yang dilarang Allah SWT.

Ditambahkan Ibnu Mas'ud, orang yang bertakwa dan beriman kepada Allah itu adalah senantiasa mengingat Allah di mana pun mereka berada dan dalam kondisi apa pun. Mereka selalu berzikir saat berdiri, duduk, atau berbaring. Hatinya senantiasa mengharapkan ridha Allah SWT.

Sementara itu, mengenai rukun Islam, sebagaimana diriwayatka Ibnu Abi Sufyan dari Ikrimah bin Khalid dari Ibnu Umar bin Khattab RA, Rasulullah SAW menyatakan, ''Sesungguhnya, agama Islam itu dibangun dengan lima hal, yaitu bersyahadat (bersaksi tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah), mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, menunaikan ibadah haji, dan berpuasa pada Ramadhan.''

Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT, ''Bukanlah kebajikan itu menghadapkan wajah ke timur dan barat. Akan tetapi, kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, kepada hari Akhir, kepada Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Nabi-nabi-Nya, serta mengeluarkan sebagian rezekinya bagi orang-orang yang dicintainya, kerabatnya, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil, orang yang berhutang mendirikan sholat, dan menunaikan zakat.''

Syekh Musthafa Muhammad Imarah dalam Jawahir al-Bukhari, yang mengutip hadis Nabi SAW yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amar menuturkan bahwa seorang laki-laki datang menemui Rasulullah SAW dan bertanya tentang Islam yang baik. Rasul menjelaskan, Islam yang baik itu adalah memberi makan orang yang membutuhkan dan mengucapkan salam, baik kepada orang yang dikenal maupun tidak.

Sementara itu, Anas bin Malik RA meriwayatkan sabda Rasulullah SAW yang menyatakan, ''Tidaklah beriman seseorang di antaramu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.''

Lalu, ditambahkan, ''Tidaklah dikatakan beriman seseorang di antaramu hingga dirinya lebih mencintai diriku (Nabi SAW), melebihi cintanya kepada anaknya, orang tuanya, dan manusia seluruhnya.''

Ini adalaha salah satu keterangan yang terdapat dalam kitab Jawahir al-Bukhari. Penjelasan yang terdapat di dalamnya memberikan kemudahan bagi pembaca untuk memahami lebih dalam tentang makna dari hadis yang menjadi objek pembahasan.

 

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler