BREAKING NEWS: Israel dan Hamas Sepakat Gencatan Senjata
PM Qatar mengonfirmasi, Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata.
REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Setelah lebih dari 460 hari berkonflik, Israel dan Hamas akhirnya menyepakati penghentian tembak menembak. Menurut Perdana Menteri (PM) Qatar Syekh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, kedua belah pihak tersebut telah mencapai kesepakatan gencatan senjata. Pada Ahad (19/1/2025) nanti, lanjut dia, gencatan senjata itu akan mulai dilaksanakan.
"Kedua belah pihak yang bertikai di Jalur Gaza telah mencapai kesepakatan tentang pertukaran tahanan dan sandera, dan (kami) mengumumkan gencatan senjata. Harapannya, ini akan berujung pada gencatan senjata secara permanen antara kedua belah pihak tersebut," ujar PM Qatar Syekh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani dalam jumpa pers, seperti dilansir The Guardian, Kamis (16/1/2025).
Gencatan senjata ini, jelas PM Qatar, tidak hanya akan melepaskan sejumlah warga Palestina yang ditahan otoritas Israel, melainkan juga melonggarkan akses pengiriman bantuan kemanusiaan dari luar ke dalam Jalur Gaza, Palestina.
PM Qatar juga memaparkan, perundingan tidak akan berhenti sampai di sini. Pihaknya sebagai salah satu mediator terus memediasi antara Israel dan kelompok Hamas agar keduanya menyepakati sejumlah poin lainnya.
Adapun kesepakatan yang telah dicapai per hari ini berkenaan dengan gencatan senjata sementara yang akan menghentikan serangan militer zionis terhadap Jalur Gaza segera. Kemudian, Hamas akan membebaskan sekira 33 orang sandera, sedangkan Israel juga membebaskan sekitar seribu orang Palestina yang ditahannya sejak 7 Oktober 2023.
Dilansir Al Jazeera, tahap pertama dari gencatan senjata ini akan berlaku hingga enam pekan ke depan, yakni sejak Ahad (19/1/2025). Mulai hari itu pula, sesuai poin kesepakatan gencatan senjata, IDF akan menarik mundur tentaranya dari pusat-pusat kota di Jalur Gaza ke area dalam radius 700 meter dari perbatasan Jalur Gaza-Israel.
Israel juga diharuskan membiarkan masyarakat Palestina yang membutuhkan tindakan medis untuk keluar dari Jalur Gaza guna mendapatkan perawatan di luar negeri. Israel mesti membuka perlintasan Rafah, yang berada di perbatasan Jalur Gaza-Mesir, selambat-lambatnya pada hari ketujuh sejak gencatan senjata fase pertama berlaku.
IDF harus mengurangi penempatan pasukannya di Koridor Philadelphia, yakni jalur sempit sepanjang 14 kilometer perbatasan Jalur Gaza-Mesir. Selambat-lambatnya pada hari ke-50 sejak gencatan senjata ini berlaku, tentara zionis itu mesti meninggalkan area tersebut seluruhnya.
PM Qatar berharap, kesepakatan ini dapat membuat lebih dari 1,7 juta pengungsi Palestina kembali dengan aman ke kediaman mereka masing-masing. Walaupun, operasi militer yang dilakukan IDF selama 15 bulan terakhir telah menghancurkan banyak rumah warga di Jalur Gaza, serta berbagai infrastruktur publik setempat.
Sejak memulai genosida di Jalur Gaza pada Oktober 2023 hingga kini, militer Israel (IDF) telah membunuh lebih dari 46 ribu orang Palestina.