Video Orang Kejang Viral, Betulkah Itu Gejala Covid-19?

Beberapa video viral perlihatkan adanya orang yang kejang dan dicurigai Covid-19.

ANTARA FOTO/Ampelsa
Ditandu. Orang yang kejang, belum tentu mengalami Covid-19. Namun, warga tetap diserukan berjaga-jaga dengan menggunakan masker sebelum menolong.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa hari terakhir, sejumlah video yang memperlihatkan orang tengah mengalami kejang di ruang publik menjadi viral. Ironisnya, warga di sekitarnya tampak enggan menolongnya.

Dalam salah satu video yang tampaknya terjadi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, contohnya, hampir semua petugas di balik meja bergeming ketika ada seseorang yang kejang di kursi tunggu. Lalu, satu perempuan berbaju hitam terlihat berlari menghampiri, namun kembali menjauh setelah mendengar ada yang mengingatkannya agar menggunakan masker.

Di tengah pandemi Covid-19, orang kemudian menghubungkan kejang dengan gejala infeksi virus corona. Apakah benar kejang merupakan gejala Covid-19, bagaimana membedakannya dengan epilepsi?

Baca Juga



Dokter spesialis saraf, dr Darma Imran SpS(K) menjelaskan, Covid-19 memiliki gejala awal berupa gangguan saluran napas dan demam. Mereka yang terinfeksi virus corona tipe baru umumnya mengalami demam kemudian sesak napas.

Penderita Covid-19 bisa saja mengalami komplikasi. Percepatan infeksi virus corona bisa melibatkan masalah di ginjal, jantung, dan otak.

"Kalau masalah di otak, orang bisa strok, infeksi atau radang di otak (ensefalitis). Kalau ensefalitis, bisa saja dia kejang-kejang," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (6/4).

Gejala Covid-19 - (Republika)

Darma menjelaskan, ada banyak penyebab orang mengalami kejang. Penyebabnya bisa jadi akibat gangguan atau kelainan otak sejak kecil hingga cedera kepala yang kemudian menimbulkan parut di otak hingga kemudian orang mengalami kejang.

Bagaimana membedakan kejang ensefalitis dan kejang lain? Menurutnya, itu tidak mudah dibedakan secara langsung dengan melihat kejangnya saja. Paling tidak, membedakan secara kasar harus berdasarkan dari riwayat.

"Jika sebelumnya seseorang punya riwayat epilepsi, misalnya dia sudah pernah kejang tiga tahun lalu, kemudian sekarang kejang-kejang. Apakah karena Covid-19? Menurut saya, harus dilihat dulu. Kalau sebelum dia kejang ada gangguan sesak atau batuk, mungkin bisa diduga Covid-19," ungkapnya.

Menurut Darma, tidak seharusnya orang yang mengalami kejang membuat masyarakat menjadi ketakutan atau curiga Covid-19 penyebabnya. Apalagi, banyak juga orang kejang sudah ada riwayat sebelumnya.

"Tidak selalu, kejang itu Covid-19. Bisa ditanyakan mungkin ke keluarganya kalau dia tidak bepergian sendirian, apakah sebelumnya ada riwayat kejang atau tidak," kata dokter yang praktik di RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta ini.

Darma mengungkapkan, di masa pandemi Covid-19, langkah terbaik sebelum menolong orang yang kejang ialah melakukan pencegahan tertular infeksi. Andaikan melihat ada orang kejang, kenakan masker sebelum membantunya.

Berikutnya, jaga kebersihan tangan. Penolong juga bisa memilih menggunakan sarung tangan.

Setelah menolong orang kejang, cuci tangan pakai sabun dan air mengalir selama 20 detik. Kalau tidak ada air, pakai saja cairan penyanitasi tangan.

"Banyak hal yang kita gunakan tanpa mengabaikan kegawatdaruratan," ungkap Darma.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler