Gugus Tugas Covid-19 Serahkan 7.000 APD ke Dokter Gigi

Dokter gigi merupakan tenaga kesehatan yang rentan tertular virus corona.

M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO
Alat Pelindung Diri. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menyerahkan bantuan total 7.000 alat pelindung diri (APD) dan perlengkapan kesehatan lainnya ke dokter gigi dan spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT), Selasa (7/4)
Rep: Arif Satrio Nugroho Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menyerahkan bantuan total 7.000 alat pelindung diri (APD) dan perlengkapan kesehatan lainnya ke dokter gigi dan spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT), Selasa (7/4). APD digunakan untuk mencegah penularan virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) ke tenaga kesehatan.

"Pada kesempatan ini gugus tugas ingin memastikan semua dokter, bukan hanya dokter yang berjaga di rumah sakit rujukan Covid-19, tetapi semua dokter, mulai saat ini kita berikan upaya maksimal melindungi para dokter, baik dokter di rumah sakit maupun tempat lainnya," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekaligus ketua gugus tugas, Doni Monardo, saat sesi jumpa pers di Graha BNPB seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Selasa.

Ia menjelaskan dari total jumlah bantuan APD, 5.000 di antaranya diserahkan ke Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), sementara 2.000 unit alat pelindung diri lainnya diberikan ke Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga, Hidung, dan Tenggorokan, Bedah Kepala, Leher, Indonesia (Perhati KL). Bantuan itu diberikan saat dua perhimpunan dokter tersebut berkunjung ke markas Gugus Tugas yang berada di Graha BNPB untuk berdiskusi mengenai penguatan perlindungan kepada para dokter dan tenaga kesehatan lainnya selama pandemi.

Di kesempatan yang sama, Ketua Pengurus Besar PDGI Hananto Seno mengucapkan terima kasih atas bantuan APD yang diberikan gugus tugas ke dokter gigi di seluruh Indonesia. "Bantuan ini akan kami distribusikan ke daerah merah atau merah sekali dan daerah tertentu yang telah terjangkit wabah di mana sejawat kita telah gugur di sana," kata Hananto.

Menurut dia, dokter gigi merupakan tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan masyarakat dan rentan tertular wabah. Dari catatan PDGI, ada enam dokter gigi yang telah meninggal dunia akibat COVID-19.

"Dokter gigi paling dekat dengan masyarakat sehingga (risiko) tertular sangat tinggi," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Perhati KL Jenny Bashiruddin turut mengapresiasi bantuan APD dari Gugus Tugas. Menurut dia, bantuan APD itu akan menambah semangat bekerja para spesialis THT yang berada di garda terdepan merawat pasien Covid-19. Ia menjelaskan, dalam praktiknya ahli THT sangat close contact dengan pasien, sehingga kami sudah membuat beberapa pedoman dan contoh, harus pakai APD lengkap setidaknya level 2, masker N95.

"Kami sudah mendengar jeritan seluruh cabang bahwa masker N95 sangat kurang. Kami sudah membeli tetapi baru ada sedikit. Alhamdulilah gayung bersambut, BNPB mendengar (keluhan kami, red)," kata Jenny dalam sesi jumpa pers usai beraudiensi dengan Gugus Tugas. Ia menjelaskan bantuan itu akan diserahkan ke ahli THT di seluruh Indonesia.

Sebelumnya Ikatan Dokter Indonesia melaporkan per Senin (6/4) ada 19 dokter yang meninggal akibat COVID-19. Jumlah itu belum menghitung jumlah dokter dengan status Pasien dalam Pengawasan (PDP) yang wafat dalam beberapa pekan terakhir.

Ke-19 dokter yang wafat itu, di antaranya, Prof Dr dr Iwan Dwi Prahasto (Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta); Prof. Dr. dr. Bambang Sutrisna (Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia); dr. Bartholomeus Bayu Satrio (IDI Jakarta Barat); dr. Exsenveny Lalopua (Dinas Kesehatan Kota Bandung); dr. Hadio Ali K (Perdossi DKI Jakarta/IDI Jakarta Selatan); dr. Djoko Judodjoko (IDI Bogor); dr. Adi Mirsa Putra (IDI Bekasi); dr. Laurentius Panggabean (RSJ dr Soeharto Herdjan/IDI Jakarta Timur).

Korban lainnya, antara lain dr. Ucok Martin (Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/IDI Medan); dr. Efrizal Syansudin (RSUD Prabumulih Sumatera Selatan/IDI Prabumulih); dr. Ratih Purwarini (IDI Jakarta Timur); Laksma (Purn) dr. Jeanne PMR Winaktu (RSAL Mintohardjo/IDI Jakarta Pusat); Prof. Dr. dr Nasrin Kodim (Guru Besar Epidemiologi FKM UI); dr. Bernadetta Tuwsnakotta (IDI Makassar); dr. dr Lukman Shebubakar (IDI Jakarta Selatan); dr. Ketty (IDI Tangerang Selatan); dr. Heru S (IDI Jakarta Selatan); dr. Wahyu Hidayat (IDI Kabupaten Bekasi); dan dr. Naek L Tobing (IDI Jakarta Selatan).


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler