Jokowi: Optimalkan Telemedis untuk Penanganan Covid-19

Telemedis yakni layanan medis jarak jauh pasien dan dokter tanpa bertatap muka

M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO
Dua orang dokter berdiri di depan salah satu ruang modular di Rumah Sakit Pertamina Jaya, Cempaka Putih, Jakarta, Senin (6/4/2020). Rumah Sakit darurat COVID-19 tersebut berkapasitas sebanyak 160 tempat tidur dalam ruangan dan 65 kamar isolasi bertekanan negatif untuk merawat pasien positif COVID-19 sesuai standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO
Rep: Sapto Andika Candra Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Kementerian Kesehatan untuk mengoptimalkan pemanfaatan telemedis (telemedicine) dalam penanganan Covid-19. Telemedis sendiri adalah layanan medis jarak jauh yang memungkinkan pasien dan dokter berdiskusi tanpa harus bertatap muka.

Jokowi memandang, penggunaan telemedis dalam penanganan Covid-19 juga bisa mengurangi risiko bagi tenaga medis untuk terpapar virus corona dari pasien. Penanganan pasien telemedis pun disesuaikan dengan kondisi pasien. Bagi pasien yang menunjukkan gejala sedang-berat, maka bisa dirujuk dan dirawat di rumah sakit rujukan Covid-19.

"Ini belum banyak diungkap. Kita memiliki rumah sakit tanpa dinding, telemedicine. Ini bedanya kita dengan daerah lain, tidak semua orang harus ke dokter, rumah sakit, atau ke puskesmas. Tetapi bisa lewat telemedicine sehingga mengurangi risiko pada rangka medis," jelas Jokowi dalam sambutan rapat terbatas, Senin (13/4).

Layanan medis jarak jauh atau telemedis ini didukung oleh berkembangnya platform layanan via aplikasi. Seperti diketahui, saat ini banyak tersedia aplikasi pendukung konsultasi medis yang memungkinkan masyarakat berdiskusi dengan dokter tanpa harus bertemu.

"Saya mendapat laporan bahwa sekarang beberapa perusahaan aplikasi teknologi sudah masuk dan bekerja sama dengan Kemenkes, dari yang sebelumnya hanya 4 juta sekarang sudah lebih 15 juta pengguna. Ini sangat bagus," jelas Jokowi.

Sementara itu, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 juga mencatat bahwa sudah ada 3.000 orang yang melakukan konsultasi Covid-19 melalui sejumlah aplikasi kesehatan. Dari hasil konsultasi, dokter akan menentukan apakah pasien harus menjalani tes Covid-19 atau tidak.

"Sebanyak 30 orang telah dapat arahan dokter dan hasilnya positif. Dari 30 orang itu, hanya 2 orang saja yang dirujuk ke rumah sakit," jelas Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo.


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler