IMF Prediksi Ekonomi Global Kontraksi Tiga Persen

Italia mengalami kontraksi terdalam tahun ini dengan pertumbuhan minus 9,1 persen

pixabay
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi
Rep: Adinda Pryanka Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/ IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini lebih buruk dibandingkan krisis keuangan 2008-2009. Ekonomi diperkirakan mengalami kontraksi tajam hingga tiga persen.

Penyebabnya, pandemi virus corona (Covid-19) yang menekan aktivitas ekonomi di sektor riil maupun keuangan.

Baca Juga



Proyeksi IMF tersebut turun 6,3 basis poin dibandingkan World Economic Outlook (WEO) awal tahun, di mana IMF memprediksi ekonomi dunia mampu tumbuh 3,3 persen. Tapi, IMF memperkirakan, kondisi tersebut akan membaik pada tahun depan.

Dengan sumsi pandemi Covid-19 sudah memudar pada paruh kedua tahun ini dan upaya pemulihan dilakukan secara bertahap, ekonomi global diproyeksikan tumbuh sebesar 5,8 persen.

"Perbaikan itu seiring dengan kegiatan ekonomi yang kembali normal, dibantu dengan dukungan kebijakan pemerintah," tulis IMF melalui ringkasan World Economic Outlook (WEO) April 2020 yang dirilis Selasa (14/4) waktu setempat.

Dari beberapa negara, Italia mengalami kontraksi terdalam pada tahun ini dengan pertumbuhan minus 9,1 persen. Sementara, Spanyol tidak jauh berbeda, yakni kontraksi sampai delapan persen.

Untuk negara berkembang, Meksiko dan Brasil menghadapi pukulan keras dengan masing-masing tumbuh negatif 6,6 persen dan 5,3 persen.

IMF menyebutkan, saat ini terjadi ketidakpastian ekstrim terkait perkiraan pertumbuhan ekonmi. Situasi ekonomi tergantung pada berbagai faktor yang sulit diprediksi.

Di antaranya, perkembangan pandemi Covid-19, intensitas dan keberhasilan upaya penanganan virus, gangguan rantai pasok yang luas hingga pergeseran pola konsumsi masyarakat.

Banyak negara menghadapi krisis multi-layered yang terdiri dari krisis kesehatan, gangguan ekonomi domestik, anjloknya permintaan eksternal sampai capital outflow.

IMF menekankan, kebijakan yang efektif sangat penting untuk mencegah risiko lebih buruk. Dibutuhkan berbagai langkah untuk mengurangi penularan dan melindungi jiwa manusia.

Meski mengganggu kegiatan ekonomi untuk jangka pendek, dua langkah itu dapat dilihat sebagai investasi jangka panjang dalam pembangunan sumber daya manusia dan infrastruktur kesehatan.

Prioritas yang harus dilakukan sekarang adalah meminimalkan dampak Covid-19, terutama dengan meningkatkan pengeluaran untuk sektor kesehatan. Kebijakan ekonomi juga harus melindungi dampak dari penurunan aktivitas manusia, perusahaan dan sistem keuangan, serta memastikan pemulihan ekonomi dapat berlangsung dengan cepat begitu pandemi menghilang.

Mengingat perlambatan ekonomi akan mengguncang sektor-sektor tertentu, pemerintah perlu menerapkan kebijakan fiskal yang targeted. Langkah moneter dan sektor keuangan juga harus diprioritaskan untuk mendukung rumah tangga dan bisnis yang terkena dampak.


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler