Jelang Ramadhan, Masyarakat Disarankan tak Ziarah

Menjelang Ramadan, masyarakat Jawa mempunyai tradisi Megengan yakni ziarah kubur

ANTARA/Moch Asim
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kedua kiri)
Rep: Dadang Kurnia Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyarankan masyarakat untuk tidak melaksanakan ziarah kubur, menjelang Ramadhan. Itu pun, jika makam yang hendak diziarahi, berada di luar kota. Saran tersebut dimaksudkan untuk menekan penyebaran virus corona, atau Covid 19. Apalagi hampir seluruh daerah di Jatim, masuk kategori zona merah Covid-19.

Seperti diketahui, menjelang Ramadan, masyarakat Jawa mempunyai tradisi Megengan. Megengan pada umumnya adalah berziarah kubur, membersihkannya, menaburi bunga di atas pemakaman, serta mendoa'akan almarhum.

Khofifah mengatakan, ziarah kubur boleh saja, jika makam yang hendak diziarahi, berada di sekitaran tempat tinggal. Tentunya dengan mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menerapkan physical distancing.

"Kalau ini sebaiknya sebaiknya tidak melaksanakan ziarah jika itu ke luar kota ya," kata Khofifah di Surabaya, Rabu (22/4).

Perempuan yang juga menjabat sebagai ketua umum PP Muslimat NU ini menyatakan, meskipun tidak melaksanakan ziarah kubur, masyarakat tetap bisa mengirim doa untuk keluarga maupun guru yang telah meninggal. Menurutnya doa tetap bisa dikirim dari rumah tanpa harus mendatangi makam yang bersangkutan.

"Sebaiknya doa tetap dikirim untuk keluarga-keluarganya sebetulnya Insya Allah doa kita sampai itu," kata Khofifah.


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler