Tips Pemenuhan Gizi Anak Saat Pandemi dan Krisis Ekonomi

Anak memerlukan asupan gizi yang cukup saat pandemi Covid-19.

Republika
Selama pandemi Covid-19 dan berkurangnya penghasilan, kebutuhan gizi anak bisa dipenuhi dengan mengandalkan pangan lokal dan produk yang minim pemrosesan.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter ahli gizi medik dr Sylvia Irawati memberikan tips khusus bagi masyarakat untuk bisa tetap memenuhi gizi anak saat pandemi Covid-19. Ia menjelaskan pentingnya nutrisi yang tidak hanya untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, namun juga untuk menjaga daya tahan tubuh agar terhindar dari penyakit.

“Oleh karena itu, di masa pandemi ini nutrisi anak penting untuk diperhatikan,” katanya.

Sylvia menjelaskan agar dapat memenuhi kebutuhan gizi, anak perlu makan dengan jumlah yang cukup dan bervariasi. Selain itu, kebersihan bahan pangan dan saat menyiapkan makanan juga perlu dijaga.

"Anak usia di bawah enam bulan tetap dianjurkan untuk mendapat ASI eksklusif. ASI bisa dilanjutkan hingga usia dua tahun atau lebih,” katanya.

Menurut Sylvia, pada usia 6 bulan anak perlu mendapat makanan pendamping ASI (MPASI) yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan diperkenalkan dengan serat (buah dan sayur). Ia mengatakan, MPASI diberikan dua hingga tiga kali sehari, kemudian porsi dan frekuensinya ditingkatkan seiring dengan bertambahnya usia.

Untuk anak usia 12 bulan ke atas, Sylvia menyarankan si kecil untuk mengonsumsi makanan keluarga dan mendapat tiga makan utama dan dua kali makanan selingan (snack).

“Agar dapat memenuhi kebutuhan gizi, bahan makanan yang diberikan perlu yang mengandung gizi yang baik,” katanya.

Makanan yang diberikan perlu mengandung sumber karbohidrat (nasi, ubi, singkong, jagung, kentang), sumber protein (tahu, tempe, kacang merah, kacang hijau), sumber vitamin dan mineral serta serat (buah dan sayur). Anak juga perlu mendapat asupan cairan yang cukup.

Sylvia mengatakan bahwa makanan selingan yang diberikan sebisa mungkin makanan yang bukan makanan kemasan. Ia mengingatkan bahwa makanan kemasan secara umum mengandung tinggi gula namun sedikit kandungan gizinya.

Baca Juga


"Hindarkan juga memberi minuman kemasan yang tinggi gula, air putih lebih adalah yang direkomendasikan,” katanya.

Sylvia menyadari bahwa tak bisa dipungkiri bagi sebagian orang, pemasukan harian menjadi berkurang akibat pandemi ini. Di tengah krisis, ia mengingatkan bahwa setiap orang perlu mendapat bahan makanan yang cukup sehingga masyarakat tidak melakukan panic buying.

"Beli bahan makanan sesuai kebutuhan," ujarnya.

Terlebih, menurut Sylvia, Indonesia kaya akan hasil bumi. Ia merekomendasikan bahan makanan yang merupakan produk lokal dan minim pemrosesan.

“Bahan makanan alami ini sebenarnya adalah yang paling baik dibandingkan bahan makanan olahan atau kemasan karena kandungan gizinya belum banyak berkurang oleh pemrosesan,” katanya.

Sylvia memaparkan, bahan makanan lokal dan bergizi dapat diperoleh dengan harga yang relatif tidak mahal. Beras, ubi, singkong, jagung, tahu, tempe, berbagai jenis kacang-kacangan lokal, sayur, dan buah lokal termasuk di antaranya.

“Jadi agar anak tetap sehat dan terpenuhi kebutuhan gizinya, orang tua perlu memberi teladan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan, juga bahan makanan. Mencuci tangan dengan cara yang benar serta mencuci bahan makanan dan peralatan makan atau masak,” katanya.

Sylvia menyarankan pemberian makanan yang cukup dari bahan alami dan lokal dengan bahan makanan yang bervariasi. Ia juga berpesan agar jangan lupa untuk membersihkan diri setelah melakukan kegiatan di luar rumah dan sebelum berinteraksi dengan anggota keluarga.

“Kurangi konsumsi produk olahan, makanan dan minuman kemasan dan tinggi gula. Konsumsi air putih dalam jumlah yang cukup. Lakukan aktivitas fisik atau olahraga dan istirahat yang cukup,” katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler