Swasembada Pangan Skala Keluarga di Tengah Covid-19

Menjamin rantai pasok domestik ini juga harus ada tindakan dari Pemerintah

Dompet Dhuafa
Siaran RRI bertajuk Radio Tanggap Bencana dengan Narasumber Inisiator dan Ketua Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Parni Hadi.
Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Swasembada atau ketahanan pangan skala keluarga menjadi energi positif bagi ekonomi keluarga di tengah pandemi virus corona (Covid-19). Tidak membutuhkan area yang luas, ketahanan pangan bisa diciptakan oleh sektor kecil di tengah masyarakat yaitu keluarga, bagi mereka yang tinggal di perkotaan, dengan berbagai sistem baik dengan polybag maupun hidroponik dapat ditanam berbagai tanaman pangan seperti Kangkung, Bayam, Sawi dan lain sebagainya.

Turut hadir pula di Pro 3 RRI, Dwi Andrea Santosa sebagai Guru Besar IPB serta Daniel Johan sebagai Wakil Ketua Komisi IV DPR. Dwi Andrea mengatakan ketergantungan terhadap impor pangan semakin lama semakin tinggi, ketika dunia menghadapi guncangan seperti ini maka perdangangan juga turun sehingga tingkat kebutuhan dan konsumsi di masyarakat juga menurun.

Baca Juga


"Di sisi lain Petani-petani kelabakan, kami para petani mencoba langsung ke tingkat konsumen untuk memutus mata rantai perdagangan karena jalur industri pangan cukup riskan terlebih di tengah pandemi corona (Covid-19). Beda lagi dengan swasembada atau ketahanan pangan di tingkat keluarga, memanfaatkan perkarangan itu oke saja, tapi jika ada gerakan masal ya kasian petani. Menjamin rantai pasok domestik ini juga harus ada tindakan dari Pemerintah,” ujar Dwi Andrea Santosa.

“Para petani di era muda, saya setuju saya pikir ketahanan pangan dulu, jika keluarga pangan tercukupi. Kita kerja sama dalam kemandirian keluarga. Semangat dan kepedulian kita untuk mandiri, nanti kita tata perdagangan," ujar Parni Hadi selaku Inisiator dan Ketua Pembina Yayasan Dompet Dhuafa.

Parni mengatakan pada swasembada atau ketahanan pangan, harus diperhatikan jenis tanaman pangan baik secara masa panen maupun tata cara pengelolaan, seperti lele, sayur mayur seperti kangkung, bayam, dan lain-lain.

Namun menurut Dwi Andrea Santosa, bisa saja konsep itu urban agriculture, masyarakat perkotaan. Akan tetapi yang harus dipastikan pemerintah mengamankan jalur industri pangan.

"Sedulur tani, saya Parni Hadi teman anda. Tugas para intelektual, tolong anda berikan masukan dan solusi. Saya pikir kita harus terjun langsung. Saya mengajak orang yang sadar mulai kita menanam untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Mekanisme pasar punya sendiri, jadi rakyat kecil tidak mungkin diadu oleh kapital,” pungkas Parni Hadi.


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler