PP Muhammadiyah: Bantu Dhuafa Lawan Covid-19 Adalah Jihad

Ini merupakan bagian dari dakwah amar ma'ruf nahi mungkar yang sifatnya ta’awun

Republika/Bowo Pribadi
Ketua Umum (Ketum) PP Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nasir mengungkapkan membantu mereka yang dhuafa dan mustadh'afin dalam kondisi sulit melawan wabah Covid-19 adalah bentuk jihad fi sabillilah.
Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir mengungkapkan membantu mereka yang dhuafa dan mustadh'afin dalam kondisi sulit melawan wabah Covid-19 adalah bentuk jihad fi sabillilah. Ini merupakan bagian dari dakwah amar ma'ruf nahi mungkar yang sifatnya ta’awun (tolong menolong).

"Dan ini juga heroik, serta bentuk jihad fi sabilillah (usaha dengan segala daya upaya untuk mencapai kebaikan)," katanya saat mengisi ceramah pengajian "Ramadhan Online" yang digelar Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), di Medan, Selasa (5/5).

Menurut Haedar, umat Islam jangan hanya punya anggapan dakwah amar ma'ruf nahi munkar itu berupa keberanian mengatakan kebenaran di tengah pemimpin yang zalim saja. "Itu memang betul, tapi pada saat yang sama gerakan ta'awun yang membebaskan kaum mustadh'afin dan mereka yang mengalami nasib buruk akibat musibah, itu juga jihad fisabilillah. Termasuk mencari ilmu itu juga jihad fi sabilillah," katanya.

Haedar mengatakan, Muhammadiyah berbangga karena sudah diwariskan mozaik dari Kyai Haji Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) ketika beliau mengajarkan al-Ma'un selama tiga bulan sebagai bentuk pengajaran luar biasa, yang oleh mahasiswa yang belajar ilmu sosial disebut dengan dekonstruksi, membongkar alam pikiran.

"Tujuh ayat dihafal itu mungkin setengah jam. Tetapi Kyai AhmadDahlan mengajarkannya selama tiga bulan. Ternyata ada yang ingin diraih, yakni keutamaan aksi nyata. Melaksanakan itu bagian dari pemahaman," katanya.

Di akhir ceramahnya, ia menegaskan bahwa kiprah kemanusiaan Muhammadiyah itu adalah peran dari langit untuk bumi, bukan semata-mata peran yang sifatnya pragmatis dan praktis, namun ada nilai ketauhidan di dalamnya.

“Itulah yang perlu kita hayati bersama, mudah-mudahan di bulan Ramadhan ini kita semakin menghayati nilai-nilai keislaman yang sangat mulia luhur dan utama serta disebarluaskan dalam kehidupan sehari-hari,” kata Haedar Nashir

Sementara itu Rektor UMSUDr.Agussani mengungkapkan rasa syukur Alhamdulillah karena di tengah suasana pandemik wabah COVID-19 yang melanda seluruh dunia saat ini masih bisa menggelar kegiatan positif, yakni pengajian "Ramadhan Online" itu.

Rektor juga menjelaskan bahwa UMSU sudah memasuki hari ke-60 melaksanakan kegiatan merumahkan mahasiswa, dosen dan tenaga pendidik maupun karyawan, yakni dimulai sejak tanggal 19 Maret 2020.

"Alhamdulillah sesuai dengan program yang telah kita susun terkait proses akademik secara daring (dalam jaringan) seperti pembelajaran, seminar proposal maupun sidang akhir sudah dijalankan secara baik oleh seluruh fakultas di UMSU," katanya.

Pengajian "Ramadan Online" yang diadakan UMSU itu bekerja sama dengan Pusat Digital Syiar Muhammadiyah (PSDM) PP Muhammadiyah.

Sebanyak 421 peserta mulai dari Badan Pembina Harian (BPH) UMSU, Rektor UMSU, jajaran Wakil rektor UMSU, Pengurus Daerah Muhammadyah(PDM)se-Sumut, Ketua Sekolah Tinggi Muhammadiyah se-Sumut, dancivitas akademika UMSU ikut berpartisipasi dalam pengajian "Ramadhan Online" yang dipandu oleh Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) UMSU Dr Muhammad Qorib MA.

Baca Juga


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler