Kematian Akibat Covid-19 di AS Diprediksi Naik 100 Persen

Jumlah kematian akibat Covid-19 di AS diprediksi naik karena pelonggaran lockdown.

EPA-EFE/JOHN G. MABANGLO
Seorang tenaga medis bersiap melakukan tes diagnostik swab hidung COVID-19 kepada pengendara di Mesa Park, Kota Bolinas, California, Amerika Serikat, Senin (20/4). Proyek baru ini, merupakan operasi bergaya gerilya yang didanai secara pribadi yang dipimpin oleh kapitalis Venture Jyri Engestrom dari Finlandia dan penduduk Bolinas, dan Cyrus Harmon, pendiri startup Olema Pharmaceuticals, dan penduduk bekerja sama dengan ilmuwan UCSF untuk menguji seluruh seluk beluk kota dengan 1.600 penduduk.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para peneliti meningkatkan perkiraan jumlah kematian akibat virus corona di Amerika Serikat (AS) meningkat dua kali lipat pada awal Agustus. Menurut para peneliti, peningkatan tersebut terjadi karena pelonggaran lockdown yang terlalu cepat.

Baca Juga


Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan (IHME) Universitas Washington memperkirakan, peningkatan mobilitas di sebagian besar negara bagian AS akan dimulai pada 11 Mei mendatang. Pada saat itu pelonggaran lockdown mulai diterapkan dengan membuka kembali aktivitas ekonomi di 31 negara bagian.

"Kami memperkirakan pandemi ini akan meluas pada musim panas," ujar Direktur IHME, Christopher Murray.

Dalam perkiraan tersebut, jumlah kumulatif kematian akibat virus corona di AS akan mencapai 95.092 hingga 242.890 pada 4 Agustus. Sebagai perbandingan, revisi sebelumnya yang dikeluarkan pada tanggal 29 April menempatkan angka kasus menengah di 72.400 kematian, dalam kisaran antara 59.300 dan 114.200 kematian.

Proyeksi itu memperkuat peringatan dari para pakar kesehatan bahwa pelonggaran lockdown yang terlalu cepat, dapat menyebabkan tingginya kematian. Lonjakan tersebut mencerminkan meningkatnya interaksi manusia dan mulai longgarnya aturan untuk menjaga jarak. Selain itu, hingga saat ini belum ditemukan vaksin yang digunakan sebagai penangkal virus corona.

Murray mengatakan, relaksasi aturan untuk menjaga jarak dapat menjadi suatu langkah untuk mencegah penyebaran virus corona. Selain itu, cuaca yang mulai lebih hangat pada musim panas diprediksi dapat mengendalikan penyebaran virus. Namun, di sisi lain pemerintah tidak boleh lalai dalam melacak orang-orang yang terinfeksi virus corona agar cepat ditangani.

Proyeksi IHME sejalan dengan perkiraan pemerintah yang menyatakan bahwa lonjakan kematian akibat virus corona sekitar 3.000 orang pada akhir Mei. Menurut perhitungan Reuters, prediksi tersebut meningkat dari sebelumnya yakni sekitar 2000.

Proyeksi itu, pertama kali dilaporkan oleh New York Times dan dikonfirmasi oleh sumber Reuters, yang juga memperkirakan sekitar 200.000 kasus virus corona baru setiap hari pada akhir bulan. Jumlah tersebut naik dari angka saat ini sekitar 25.000 kasus setiap 24 jam.

Juru bicara Gedung Putih Judd Deere enggan mengomentari kenaikan proyeksi angka kematian tersebut. Dia mengatakan, proyeksi itu bukan bagian dari dokumen Gedung Putih dan tidak pernah disampaikan kepada gugus tugas penanganan virus corona.

"Ini bukan dokumen Gedung Putih, juga tidak pernah disampaikan kepada gugus tugas penanganan virus corona atau melalui pemeriksaan antar-lembaga," ujar Murray.

Sebelumnya, Presiden Donald Trump memprediksi bahwa jumlah kematian akibat virus corona di AS berkisar antara 60.000 hingga 70.000. Namun, pada Ahad malam lalu, Trump mengatakan, jumlah kematian kemungkinan akan jauh lebih tinggi.

"Kita akan kehilangan sekitar 75, 80, hingga 100.000 orang. Itu hal yang mengerikan," ujar Trump kepada Fox News.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler