Menlu Retno Desak Negara tak Batasi Ekspor Produk Medis
Hampir separuh negara di dunia masih memberlakukan pelarangan ekspor produk medis.
A PHP Error was encountered
Severity: Notice
Message: Undefined variable: part
Filename: amp/berita_amp.php
Line Number: 67
A PHP Error was encountered
Severity: Notice
Message: Undefined index: serial
Filename: amp/berita_amp.php
Line Number: 82
A PHP Error was encountered
Severity: Notice
Message: Undefined variable: search
Filename: helpers/all_helper.php
Line Number: 2070
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mendesak semua negara tak menerapkan larangan atau pembatasan ekspor terhadap produk medis. Menurutnya, kerja sama internasional diperlukan untuk menangani pandemi Covid-19.
“Indonesia mendesak semua negara memfasilitasi pergerakan lunak barang-barang penting, seperti peralatan medis dan obat-obatan, serta menahan diri dari menerapkan pembatasan perdagangan yang kurang penting,” kata Retno saat berpartisipasi dalam webinar yang diselenggarakan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Jumat (8/5).
Retno menyebut saat ini hampir separuh negara di dunia masih memberlakukan pelarangan ekspor untuk produk medis. “Ini bukan waktunya bagi kita untuk egois. Kita saling membutuhkan,” ujarnya.
Dia mengatakan Indonesia menyambut bantuan untuk menangani kekurangan suplai medis. Di sisi lain, Indonesia juga siap membantu negara lain.
Menurut Retno, Indonesia telah menjalin kerja sama dengan Korea Selatan untuk memproduksi alat pelindung diri. Pada kesempatan itu, dia turut mengungkapkan bahwa Indonesia senang dapat membantu serta mendukung sembilan negara, 10 organisasi internasional, 82 entitas lembaga swadaya masyarakat. Dukungan yang diberikan berupa masker dan rapid test kit.
Retno pun kembali menekankan tentang pentingnya akses vaksin Covid-19 dengan harga terjangkau. Hal ini telah disampaikan Presiden Joko Widodo saat berpartisipasi dalam KTT Gerakan Non-Blok.
“Saya secara personal juga menyampaikan pesan ini, termasuk di ASEAN-U.S. Ministerial Meeting dan Covid-19 International Coordination Group Meeting. Kita harus memastikan bahwa sistem menguntungkan kita semua, tidak hanya menguntungkan kelompok tertentu,” ujar Retno.