Lockdown Dilonggarkan, Korsel Redam Gelombang Kedua

Korea Selatan redam lonjakan penyebaran virus di kedai dan kelab malam

Korsel redam gelombang kedua wabah covid-19
Rep: deutsche welle Red: deutsche welle

Korea Selatan mencatat lonjakan baru jumlah kasus penularan virus corona usai karantina dilonggarkan. Ribuan penduduk yang menyambangi bar dan kelab malam di kawasan padat Seoul kini masuk dalam daftar pengawasan pemerintah.


Korsel sejatinya sudah berhasil mengurangi tingkat penularan ke angka terendah dalam beberapa pekan terakhir. Namun kluster virus teranyar di Seoul memicu kekhawatiran akan munculnya gelombang kedua wabah corona.

Pemerintah mencatat 35 kasus penularan baru pada Minggu (10/5) malam. Angka tersebut merupakan jumlah penambahan kasus harian tertinggi sejak sebulan terakhir.

Sebagian besar kasus penularan terjadi di kedai minum dan kelab-kelab malam yang kembali diizinkan beroperasi di Seoul. Pengunjung antara lain juga berasal dari komunitas Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender dan Queer (LGBTQ).

Namun praktik diskriminasi serupa pemecatan atau ujaran kebencian yang dialami komunitas LGBTQ selama bertahun-tahun justru mempersulit upaya otoritas kesehatan melacak keberadaan mereka.

Kecurigaan yang tinggi membuat banyak anggota komunitas LGBTQ hidup berkelompok dan menjauhkan diri dari jangkauan aparatus negara.

Kluster baru di Itaewon

Saat ini pemerintah Korea Selatan sudah mengetes sekitar 4.000 pengunjung kelab malam di kawasan Itaewon, Seoul. Tapi sekitar 3.000 pengunjung lain hingga kini masih belum berhasil ditemukan.

"Prioritas utama kami adalah meminimalisir infeksi di kawasan Seoul," kata Perdana Menteri Chung Sye-kyun dalam rapat kabinet, Senin (11/5). Chung meminta pemerintahan lokal untuk bekerjasama dengan kepolisian melacak keberadaan pengunjung kelab malam.

Pemerintah menduga, sebagian pengunjung tidak ingin dites dan sebab itu menyembunyikan diri. "Kita harus menemukan dan mengetes mereka dengan cepat. Kecepatan adalah kunci,” kata Chung.

Sulitnya meredam kluster penyebaran di Itaewon mengungkap efek samping kebijakan agresif pemerintah dalam melacak dan membuka informasi kesehatan pasien COVID-19.

Menteri Kesehatan Yoon Tae-ho mengakui sebagian anggota komunitas LGBTQ khawatir mengalami diskriminasi jika melaporkan diri.

"Kami membuka data pergerakan pasien COVID-19 untuk mendorong warga lain yang merasa tertular agar mau mengetes diri secara sukarela,” kata dia. "Kami mengajak semua orang agar tidak menyebar informasi pribadi pasien atau rumor yang tidak hanya melukai hak mereka tetapi juga merupakan delik kriminal."

Kementerian Kesehatan mengatakan sebanyak 79 orang dites positif mengidap virus corona usai mengunjungi kelab malam di Itaewon. Termasuk di antara pengunjung adalah warga kota lain yang datang ke Seoul untuk mencari hiburan, lalu pulang ke kotanya masing-masing.

Walikota Seoul, Park Won-soon, menduga kasus penularan mencapai 85 orang, termasuk 51 penduduk ibu kota. Dia mengimbau pengunjung kelab malam agar mau dites. Park juga berjanji akan melindungi data pribadi pasien dan mengancam dengan sanksi hukum bagi mereka yang menolak menjalani pengetesan.

"Jika Seoul disusupi (virus), maka satu negeri terancam,” katanya merujuk pada data bahwa Seoul hanya mencatat 700 pasien COVID-19, dibandingkan 10.909 kasus corona di tingkat nasional.

Gelombang kedua?

Lonjakan kasus penularan terjadi seusai pemerintah melonggarkan aturan pembatasan sosial dan tengah bersiap membuka sekolah-sekolah dan menghidupkan kembali perekonomian. Pembatasan sosial berskala besar kini diganti menjadi "pembatasan jarak sosial” dalam kehidupan sehari-hari.

Penambahan jumlah pasien sebanyak 69 kasus dalam 48 jam terakhir serupa dengan jumlah kasus baru yang dicatat selama satu pekan sebelumnya.

Sebab itu Dinas Pendidikan Seoul mengusulkan agar pembukaan sekolah ditunda sepekan, lapor kantor berita Yonhap.

Perusahaan teknologi seperti Kakao atau Naver juga menunda pemulihan kegiatan operasional usai dua orang pegawai perusahaan TmaxSoft dilaporkan tertular virus di Itaewon.

Dalam pidatonya hari Minggu (10/5), Presiden Moon Jae-in meminta penduduk Korea Selatan agar tetap waspada. "Krisis ini belum berakhir,” kata dia sembari mewanti-wanti kluster penyebaran virus seperti di Itaewon bisa muncul setiap saat.

rzn/hp (rtr/afp)

Lihat Artikel Asli
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Berita Terpopuler