Politikus Italia Hujat Relawan yang Mualaf Saat Diculik
Sukarelawan Italia Silvia Romani mendapat fitnah dan cacian.
REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Sukarelawan kemanusiaan Italia, Silvia Constanza Romano (25 tahun), telah pulang ke negaranya setelah ditahan oleh militan Somalia di Afrika Timur selama 18 bulan. Namun demikian, kepulangannya seakan tak diterima oleh politikus sayap kanan Italia karena Romano yang hijrah menjadi Muslimah.
Anggota dewan kota sayap kanan, Nico Basco, bahkan mencicitkan penolakannya secara keras melalui akun resminya dengan pernyataan agar menggantung Romano. Meskipun, dengan cepat ia langsung menghapus unggahannya itu.
Menanggapi fitnah politikus sayap kanan itu, Romano lalu menegaskan ia secara sukarela menjadi seorang Muslim. Bahkan, ia memilih sendiri nama Aisha setelah menjadi mualaf.
"Itu spontan dan tidak dipaksakan. Dalam bulan-bulan ini saya diberi Alquran dan berterima kasih kepada para penculik saya. Saya juga belajar bahasa Arab," katanya seperti dilansir TRT World, Kamis (14/5).
Dia menambahkan, para penculik tersebut juga menjelaskan terkait alasan penculikan padanya, termasuk menjelaskan budaya Islam. Romano mengaku proses menjadi mualafnya memang lambat, bahkan berbulan-bulan. Namun, dia menegaskan bahwa tak ada pelecehan dan paksaan di dalamnya. “Tidak ada pernikahan atau hubungan. Hanya rasa hormat," ucapnya.
Romano yang awalnya bekerja sebagai pekerja bantuan diculik di kota pesisir tenggara Chakama di Kenya pada November 2018 hingga akhirnya dibawa ke Somalia. Setelah ia lepas dan pulang ke negaranya, kampanye cacian dan hujatan daring diterimanya terus-menerus dari banyak wakil rakyat.
Bahkan, Wakil Perdana Menteri Italia Matteo Salvini, politikus partai Lega Nord Alessandro Pagano, dan lainnya juga terang-terangan melabeli Romano menjadi "neoterorisme" saat berada di Kamar Deputi Italia. Menanggapi hal tersebut, Presiden Kamar Deputi Italia Roberto Fico menyatakan kekecewaannya pada politikus yang menghujat Romano. Pasalnya, ia menilai bahwa pernyataan itu terlalu kasar dan tak dapat diterima.
Bahkan, secara gamblang ia menyebut Kamar Deputi bukan tempat untuk menghina warga, khususnya wanita yang telah kesulitan selama 18 bulan terakhir. Sontak, pernyataan tersebut menggugah banyak solidaritas warga Italia di Twitter dengan tagar #SilviaRomanoAisha.
“Kata-kata penuh kebencian yang ditujukan kepada Silvia Romano di aula Kamar itu keras dan tidak dapat diterima,” tulis Fico di akun resminya.