Masa Pandemi, Tradisi Seba Baduy Tetap akan Digelar
Pelaksanaan Seba Baduy akan tetap dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan.
REPUBLIKA.CO.ID, Tradisi Seba Baduy milik Suku Baduy atau masyarakat di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten akan tetap digelar meski di tengah masa pandemi Covid-19 atau corona. Rencananya, tradisi yang biasa menarik banyak wisatawan lokal hingga mancanegara ini akan digelar setelah Idul Fitri atau di akhir bulan Mei.
Kasi Pengembangan Usaha Ekonomi Kreatif, Dinas Pariwisata Kabupaten Lebak, Farid Surawan menyebut tradisi Seba Baduy merupakan bentuk ritual yang setiap tahun diadakan. Jadi, meskipun di tengah masa wabah corona tradisi ini tetap harus dilaksanakan meskipun teknis pelaksanaannya akan dibatasi.
"Dari masyarakat Baduy mengajukan melalui Pemerintah Desa Kanekes yang memberitahukan akan dilaksanakan seba di akhir Mei ini tanggal 30 sampai 1 Juni. Namun, dengan keadaan pandemi sekarang mereka mengaku memahami kalau tidak bisa mengikutsertakan massa dalam jumlah besar, jadi teknis pastinya masih kita bicarakan," ucap Farid Surawan, belum lama ini.
Menurutnya, pelaksanaan Seba Baduy yang biasanya diikuti oleh ribuan Suku Baduy "dalam' dan Suku Baduy "luar" akan dibatasi hanya puluhan orang saja. "Suku Baduy sadar kalau di masa pandemi ini tidak boleh berkerumun dalam jumlah besar, maka pesertanya juga akan dibatasi sekitar puluhan saja untuk melakukan ritual,"ungkapnya.
Farid menjelaskan, Pemkab Lebak juga sudah mengalihkan anggaran gelaran Seba Baduy yang biasanya digelar meriah dengan banyak atraksi untuk penanganan Covid-19. Karenanya, tahun ini gelaran Seba Baduy akan diadakan dengan sederhana tanpa dibuat sebagai event besar pariwisata seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Memang Seba Baduy ini daya tariknya selain ritual seba, juga karena Suku Baduy yang datang berbondong-bondong ribuan melakukan tradisi. Tapi, karena corona ini, teknisnya meskipun belum fiks, rencananya hanya dilakukan di dalam ruangan saja, biasanya kan diikuti banyak orang di Pendopo Bupati," ujarnya.
Farid meyakinkan pelaksanaan Seba Baduy akan tetap dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan agar tidak menjadi sarana penyebaran Covid-19. "Suku Baduy sendiri sadar tentang pencegahan wabah, untuk itu teknis pastinya bagaimana masih akan kita musyawarahkan," ujarnya.
Sementara Sekretaris Desa Kanekes, Sarpin membenarkan, tradisi ini akan tetap digelar meski di tengah pandemi Covid-19. Pihaknya bersama para pemimpin masyarakat adat Suku Baduy saat ini masih alan berkomunikasi dengan Pemkab Lebak untuk teknis pelaksanaannya.
"Seba Baduy akan digelar setelah Lebaran ini, tanggal 30 Mei sampai 1 Juni. Untuk teknisnya seperti apakah Suku 'Baduy dalam" atau " Baduy luar" saja yang melaksanakan ini masih menungg musyawarah Kepala Desa dengan para Jaro (pemimpin adat) lain," jelas Sarpin.
Sarpin menyebut gelaran seba baduy merupakan bagian dari ritual adat Suku Baduy yang tidak bisa dipisahkan meski dalam kondisi apapun. "Seba baduy ini tradisi yang memang harus tetap dilaksanakan setiap tahun, tidak bisa ditinggalkan karena menyangkut ritual masyarakat," ungkapnya.
Sarpin menuturkan wabah Covid-19 ini telah disadari dan bahkan dirasakan dampaknya oleh masyarakat Baduy. Meski belum ada Suku Baduy yang terpapar korona, dampak wabah ini cukup dirasakan warga Baduy seperti dalam hal pariwisata yang menurun drastis.
"Karena wabah ini kondisi wisata sepi, imbasnya pasar kerajinan seperti kain atau aksesoris tidak ada yang buka, jadi dari sisi penghasilan terdampak. Tapi karena masyarakat mayoritas masih mengandalkan pencaharian dari berladang jadi dari segi ekonomi, kebutuhan hidup masih normal tidak ada yang kelaparan," katanya.
Menurutnya, aktivitas wisata di pemukiman Suku Baduy sudah lama ditutup sejak adanya wabah corona. Meski kondisi pangan Suku Baduy diklaimnya tetap normal, dia berharap, masa pandemi ini segera berakhir.
Seperti diketahui, tradisi Seba Baduy merupakan tradisi penting bagi Suku Baduy. Pertama, sebagai puncak dari proses ritual Kawaluh dan ngalaksa. Kedua, sebagai tradisi silaturahmi kenegaraan dan budaya. Ketiga, sebagai tanda syukur Suku Baduy dan penghormatan kepada kepala daerah yang berkuasa.