Daimler Berencana Produksi Mobil Netral Karbon pada 2022

Mobil netral karbon rencananya akan diproduksi untuk pasar dunia.

Pembuat mobil mewah Jerman, Daimler pada Senin (25/5) mengumumkan rencana strategis perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan (Foto: ilustrasi Daimler)
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembuat mobil mewah Jerman, Daimler pada Senin (25/5) mengumumkan rencana strategis perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan. Daimler berencana memproduksi mobil penumpang netral karbon mulai 2022.

Strategi netral karbon atau tidak menghasilkan emisi karbon, akan diterapkan induk perusahaan Mercedes-Benz. Rencananya mobil akan diproduksi di seluruh dunia.

"Sekarang kami menuju era produksi netral karbon di seluruh dunia pada 2022," kata CEO Daimler Ola Kaellenius, laman reuters melaporkan, Selasa (26/5).

Ia menambahkan, selain netral karbon, Daimler juga akan menjajaki peluang memproduksi baterai mobil listrik.

Kendati demikian, Daimler tidak menyebutkan jenis mobil apa yang akan diproduksi dengan mesin netral karbon. Saat ini Daimler sudah menerapkan upaya mobilitas ramah lingkungan untuk lini produksi mereka di Eropa.

Sebelunya, Daimler memperkirakan laba operasi setahun penuh dari divisi Mercedes-Benz Cars & Van masih tumbuh. Namun, Daimler mengantisipasi adanya kerugian operasi pada kuartal kedua menyusul pandemik virus corona (covid-19).

"Tidak ada yang mencolok pada angka-angka mobil yang telah kita lihat sejauh ini di seluruh industri. Tapi Daimler tampaknya memiliki awal yang baik untuk kuartal pertama, dan mengelola modal kerja lebih baik," kata analis Jefferies Philippe Houchois, belum lama ini.

Pekan lalu, hasil pra-rilis Daimler menunjukkan adanya penurunan hampir 70 persen dalam laba operasi kuartal pertama. Laporan itu memperingatkan bahwa arus kas yang digunakan untuk membayar dividen akan anjlok pada tahun ini.

EBIT kuartal pertama adalah 617 juta euro, turun dari 2,8 miliar euro pada periode tahun sebelumnya. Sebanyak 510 juta euro berasal dari unit mobil Mercedes-Benz.

Baca Juga


sumber : Reuters/Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler