Selama PSBB, Jumlah PDP dan ODP Indramayu Justru Meningkat
Jumlah ODP naik 113 orang dan jumlah PDP naik 73 orang.
REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Jumlah kasus pasien dalam pengawasan (PDP) dan orang dalam pemantauan (ODP) di Kabupaten Indramayu mengalami peningkatan cukup tinggi selama berlangsungnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tahap I dan II. Rendahnya kesadaran warga membuat pelaksaaan PSBB menjadi kurang efektif untuk menekan kasus Covid-19.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Indramayu, Deden Bonni Koswara, menyebutkan, sebelum PSBB dilaksanakan atau hingga 5 Mei 2020, kasus ODP tercatat ada 746 orang. Sedangkan setelah PSBB dilaksanakan hingga 25 Mei 2020, kasus ODP ada 859 orang.
"Meningkat 113 orang,’’ kata Deden, Rabu (27/5).
Sedangkan untuk kasus PDP di Kabupaten Indramayu, sampai dengan 5 Mei 2020, tercatat ada 95 orang. Sedangkan data PDP yang tercatat sampai 25 Mei 2020, sebanyak 168 orang atau meningkat 73 orang.
Peningkatan juga terjadi pada PDP yang meninggal dunia. Hingga 5 Mei 2020, tercatat ada 31 orang. Sedangkan PDP yang meninggal dunia sampai 25 Mei 2020 ada 57 orang. "PDP yang meninggal dunia meningkat 26 orang selama PSBB,’’ kata dia.
Sementara itu, untuk kasus terkonfirmasi positif Covid-19 mulai 8 April 2020 sampai 26 Mei 2020, totalnya ada 15 orang. Dari jumlah itu, tiga orang dinyatakan sembuh, tiga orang meninggal dunia dan sisanya masih menjalani perawatan.
"Selain kasus terkonfirmasi positif Covid-19, yang juga harus menjadi titik berat adalah terjadinya peningkatan PDP yang meninggal,’’ tutur Deden.
Deden mengakui, peningkatan kasus ODP, PDP maupun PDP meninggal selama pelaksanaan PSBB di Kabupaten Indramayu itu menunjukkan kurang efektifnya pelaksanaan PSBB untuk menekan kasus Covid-19. Hal itu dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat untuk mentaati aturan PSBB maupun protap pencegahan Covid-19 secara keseluruhan.
Deden pun kembali mengingatkan mengenai cara penularan Covid-19. Yakni, melalui droplet atau percikan ludah saat batuk, bersin, dan berbicara. Selain itu, melalui kontak erat seperti cium tangan, berjabat tangan, dan menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi virus Korona.
Untuk itu, lanjut Deden, pencegahan yang paling efektif adalah dengan melakukan physical distancing/social distancing dengan menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Selain itu, memakai masker jika terpaksa harus keluar rumah untuk keperluan yang mendesak.
"Lakukan pula perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan cuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer,’’ ujar Deden.