Pemulihan Ekonomi China Gagal Dorong Ekspor Kawasan Asia

Pesanan ekspor baru negara mitra dagang China masih mengalami kontraksi.

AP/Ng Han Guan
Seorang pekerja memindahkan suku cadang untuk membuat gearbox di pabrik Kofon di Huanggang di provinsi Hubei, Cina. Para pemimpin Cina telah membuka kembali pabrik-pabrik dan toko-toko dalam upaya untuk menghidupkan kembali perekonomian. Tetapi di pusat perbelanjaan dan dealer mobil yang merupakan salah satu sektor yang mendorong petumbuhan cina masih sepi konsumen.
Rep: Novita Intan Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pabrikan di kawasan Asia semakin menunjukkan kemerosotan dalam perdagangan global. Hal ini disebabkan pandemi corona yang semakin memburuk, sehingga menekan kegiatan ekspor khususnya kawasan Jepang dan Korea Selatan.

Seperti dikutip dari laman Reuters, Senin (1/6) penurunan kegiatan ekspor di kawasan Jepang dan Korea Selatan telah terjadi lebih dari satu dekade, bahkan melumpuhkan aktivitas bisnis kedua negara tersebut. Hasil survei sektor manufaktur terbaru menunjukkan kegiatan pabrik di Asia mampu rebound dan aktivitas bisnis di China telah mampu bergerak tumbuh pada Mei.

Indeks Manajer Pembelian Manufaktur Caixin/Markit China (PMI) mencapai 50,7 pada bulan lalu. Hal ini menandai indeks tertinggi sejak Januari karena pelonggaran yang memungkinkan perusahaan untuk kembali bekerja.

Tetapi banyak mitra dagang China masih terbatas, pesanan ekspor baru masih dalam kontraksi. Adapun survei bisnis swasta ini menunjukkan pemulihan ekonomi terbesar kedua di dunia kembali utuh.

Aktivitas pabrik di Jepang menyusut pada laju tercepat sejak 2009 pada Mei. Sedangkan pabrikan di Korea Selatan juga terlihat sektor manufaktur merosot pada laju paling tajam dalam lebih dari satu dekade.

Capital Economics mengatakan sektor manufaktur di kawasan itu dalam resesi yang dalam. “Industri sepertinya telah melihat lompatan awal dari pelonggaran pembatasan dan banyak hal akan terus membaik secara bertahap selama beberapa bulan mendatang seiring permintaan eksternal pulih,” seperti ditulis Capital Economics.

"Tetapi output masih cenderung jauh di bawah level normal untuk beberapa bulan mendatang karena permintaan domestik dan global tetap sangat tertekan,” lanjutnya.

Aktivitas manufaktur di Taiwan juga turun pada Mei. Kemudian di Vietnam, Malaysia dan Filipina mengalami rebound dari April, meskipun semua indeks masih di bawah ambang batas 50 merupakan penanda antara kontraksi dari ekspansi.

Sedangkan pabrian di Korea Selatan memperluas penurunan ekspornya selama tiga bulan berturut-turut.

Aktivitas pabrik India mengalami kontraksi tajam pada Mei, memperpanjang penurunan besar yang terlihat pada April sebagai pembatasan yang dipaksakan pemerintah.

Kesengsaraan ekonomi Asia kemungkinan akan bergema di bagian lain dunia termasuk Eropa, di mana ekonomi terus menderita kerusakan besar di sektor pabrik dan jasa.

Dengan banyak negara mulai melonggarkan pembatasan yang diberlakukan untuk menghentikan penyebaran virus, yang telah menginfeksi lebih dari 5,5 juta orang di seluruh dunia. Tetapi aktivitas ekonomi global menunjukkan rebound yang memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya karena pandemi menyebar dalam gelombang.

Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan bulan lalu pemulihan ekonomi global akan memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan. Hal ini menunjukkan penurunan peringkat untuk proyeksi saat ini untuk kontraksi tiga persen pada tahun ini.

Bank Manufaktur Jepang jatuh ke 38,4 yang disesuaikan secara musiman dari 41,9 pada April, terendah sejak Maret 2009. Indeks manajer pembelian (PMI) IHS Markit Korea Selatan turun ke 41,3 pada Mei, terendah sejak Januari 2009 dan di bawah 41,6 pada April.

Baca Juga


sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler