Realistiskah Target Jokowi Soal Produksi Vaksin Covid-19?

Jokowi menargetkan Indonesia punya vaksin Covid-19 sendiri pada akhir tahun ini.

Antara/Umarul Faruq
Penelitian vaksin corona, ilustrasi
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Inas Widyanuratikah, Fauziah Mursid

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan, Indonesia bisa memproduksi vaksin Covid-19 sendiri pada akhir tahun ini. Ia menginginkan Indonesia mandiri dalam menciptakan vaksin.

“Terkait vaksin, Indonesia harus mandiri. Target Indonesia sudah bisa ikut memproduksi pada akhir tahun ini,” kata Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy saat konferensi pers usai rapat terbatas, Kamis (4/6).

Menurut Muhadjir, Presiden pun menginstruksikan agar para tim peneliti segera bergerak menemukan vaksin Covid-19 yang dapat digunakan untuk kebutuhan dalam negeri. Sebab, meskipun ratusan negara lainnya kini juga tengah berlomba-lomba menemukan vaksin, vaksin-vaksin tersebut nantinya juga akan digunakan untuk kebutuhan dalam negeri mereka sendiri.

Baca Juga



“Jadi tadi Presiden juga sudah menginstruksikan supaya kita segera, tim peneliti kita bergerak untuk mencari atau segera menemukan vaksin yang nanti bisa digunakan untuk Indonesia sendiri,” jelas Muhadjir.

Muhadjir melanjutkan, menurut Presiden, pemerintah tidak bisa mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan vaksin dalam negeri. Karena itu, Presiden meminta agar para peneliti mempersiapkan diri melakukan riset untuk menemukan vaksin. 

“Kita punya 270 juta yang itu juga mau tidak mau, tidak mungkin kita hanya mengandalkan impor, tapi kita juga harus siap-siap untuk melakukan riset tentang vaksin untuk Indonesia sendiri,” ungkapnya.

Perusahaan kimia nasional, Kalbe Farma bersama perusahaan Korea Selatan Genexine Korea melakukan uji klinis vaksin DNA untuk Covid-19 di Korea Selatan pada Juni 2020. Direktur Utama Kalbe Farma, Vidjongtius menjelaskan, pihaknya bersama rekan perusahaan di Genexine bekerja sama membuat vaksin Covid-19.

"Kalbe berharap, dengan ikut serta konsorsium riset ini dapat memberikan akses vaksin Covid-19 secepatnya bagi seluruh masyarakat Indonesia," kata Vidjongtius, dihubungi Rabu (3/6).

Adapun tahapan uji klinis di Indonesia, dibagi menjadi empat. Fase-fase tersebut adalah memastikan keamanan obat, melihat efektivtias obat pada pasien, perbandingan efektivitas obat dengan pengobatan standar, dan post marketing surveillance.

Pada tahap satu biasanya yang dilakukan uji coba sebanyak 30 hingga 100 orang. Selanjutnya, adalah tahapan kedua yaitu melihat respon dosis dan akhirnya bisa menentukan dosis yang tepat.

Tahapan kedua, membutuhkan uji coba kepada lebih banyak orang. Biasanya pada tahapan ini akan ditambahkan kelompok umur tertentu yang akan dilakukan uji coba.

Apabila uji coba dinilai aman pada lebih banyak orang, maka akan dicoba dengan dosis yang lebih banyak. Di tahapan ini obat atau vaksin diberikan kepada subjek normal yaitu orang yang tidak sakit. Selain itu, juga dilakukan pada subjek jenis kedua yaitu orang yang sakit namun tidak parah karena bertujuan untuk melihat dosis.

Selanjutnya adalah tahapan ketiga yaitu dilakukan kepada orang yang sakit namun dengan jumlah yang lebih banyak. Biasanya uji klinis tahapan ketiga dilakukan terhadap sekitar 1.000 orang. Tahapan ini juga dilakukan dengan proses evaluasi lebih ketat.

Dalam keadaan normal, proses pembuatan vaksin bisa dilakukan cukup lama yaitu 8 hingga 15 tahun. Namun, untuk keadaan darurat seperti saat ini, proses uji klinis bisa dipercepat dengan beberapa tahapan yang dilakukan secara bersamaan.

Ketua Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Pratiwi Sudarmono mengatakan vaksin untuk virus corona penyebab Covid-19 tidak akan bisa ditemukan dalam waktu singkat. Sehingga, menurutnya, masyarakat tidak bisa terus menunggu sampai hadirnya vaksin sebelum beraktivitas normal.

"Kita tidak bisa menunggu sampai virus ini hilang atau vaksin ditemukan. Protokol kesehatan tetap paling efektif mencegah penularan yang dipraktikkan di seluruh dunia," kata Pratiwi saat jumpa pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang dipantau dari akun Youtube BNPB Indonesia di Jakarta, Selasa (2/6).

Pratiwi mengatakan vaksin pertama kali ditemukan pada abad ke-18, yaitu vaksin cacar. Meskipun sudah ditemukan sejak lama, permasalahan cacar baru selesai kira-kira 100 tahun kemudian.

Saat ini, telah tercipta kekebalan kawanan atau herd imunity terhadap virus penyebab cacar air. Itu pun, kekebalan kawanan terbentuk melalui vaksin yang diimunisasikan ke tubuh manusia.

"Saat ini mungkin ada 100-an pihak yang berupaya membuat vaksin. Ada sekitar 11 atau 12 yang sudah melakukan uji klinis, itu pun baru dari aspek keamanan dan mencari dosis," tuturnya.

Vaksin yang sedang diuji klinis tersebut akan dicoba disuntikkan ke hewan untuk melihat apakah di dalam tubuh hewan itu akan terbentuk antibodi.

"Kalau tidak terbentuk antibodi, pengembangan vaksin harus kembali ke awal lagi. Perlu waktu cukup lama, mungkin setahun atau dua tahun," jelasnya.

Pratiwi membandingkan dirinya yang selama ini berkutat pada vaksin demam berdarah. Menurutnya, dia sudah menghabiskan separuh hidupnya untuk meneliti vaksin untuk demam berdarah.

"Sampai saat ini juga masih sulit. Apalagi virus corona penyebab Covid-19 adalah virus jenis RNA yang bisa berubah secara cepat," katanya.

Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengajak masyarakat mulai terbiasa menerapkan protokol kesehatan demi mencegah penyebaran virus Covid-19. Yurianto mengatakan, kini saatnya masyarakat meninggalkan paradigma lama sebelum ada pandemi Covid-19.

Sebab, hingga kini para ahli maupun pakar vaksin belum menemukan vaksin maupun obat dari virus Covid-19. Sementara, kegiatan masyarakat harus kembali produktif untuk memulihkan kehidupan maupun perekonomian.

"Kita belum tahu sampai kapan vaksin bisa ditemukan, bisa dalam waktu yang cukup lama, kita harus hidup dengan paradigma seperti ini, kita tidak menunggu datangnya vaksin, kita harus kembali dalam kehidupan yang produktif," ujar Yurianto dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (3/6).

Yurianto mengatakan, masyarakat suatu bangsalah yang menentukan kemajuan bangsa itu sendiri. Karena itu, ini juga yang harus dilakukan bangsa Indonesia agar Indonesia bisa kembali pulih, namun tetap aman Covid-19.

Saat ini, masyarakat harus mulai membiasakan untuk menjaga jarak, menggunakan masker saat berada di luar rumah, rajin mencuci tangan dengan menggunakan sabun dengan air yang mengalir.

"Protokol kesehatan ini yang harus kita terapkan pada semua aspek kehidupan, karena itu upaya-upaya ini harus betul-betul menjadi perubahan perilaku kita," ujarnya.

Perubahan ini, kata Yuri, dapat dimulai dari keluarga dengan secara konsisten mengedukasi anggota keluarganya tentang protokol kesehatan menghadapi Covid 19. Dengan begitu, ia meyakini masyarakat akan semakin dan tangguh di dalam menghadapi pandemi Covid- 19 ini.

Ia juga meminta, penerapan protokol kesehatan dilakukan murni karena kesadaran masyarakat. Bukan karena imbauan atau ada pengawasan ketat

"Bukan karena daerah kita masuk pada wilayah yang menjalankan PSBB atau bukan, kita melakukan ini bukan karena diperintah oleh pemerintah, bukan karena diawasi oleh pemerintah tapi kita melakukan ini karena kesadaran kita sendiri untuk tidak sakit," katanya.


Vaksin virus corona - (Republika)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler