China Alokasikan Rp 281 Miliar untuk Vaksin Global
Sejauh ini, investasi China untuk vaksin telah mencapai Rp 7,8 triliun.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah China mengalokasikan dana sebesar 20 juta dolar AS (sekitar Rp 281 miliar) untuk Aliansi Vaksin dan Imunisasi Global (GAVI) selama periode 2021-2025. Perdana Menteri Li Keqiangsaat mengatakan langkah itu diambil untuk meningkatkan kerja sama vaksin Covid-19 secara global dalam mengembangkan vaksin Covid-19, sejalan dengan komitmen untuk menyediakan kebutuhan masyarakat global.
Para pengamat menilai kehadiran pejabat senior itu menunjukkan bahwa China sangat mementingkan kerja sama dengan dunia di tengah pandemi. Selain itu, China memang telah berkomitmen melindungi kehidupan umat manusia.
KTT tahun ini, yang diketuai oleh Inggris, telah berhasil menghimpun dana sekurang-kurangnya 7,4 miliar dolar AS (sekitar Rp 104 triliun) untuk mendanai GAVI. Dana tersebut antara lain berasal dari Bill and Melinda Gates Foundation, WHO, dan Unicef.
Pada 2015, China mengubah perannya dari penerima manfaat menjadi kontributor, yang awalnya hanya menyumbang lima juta dolar AS (sekitar Rp 70 miliar).
GAVI telah bekerja membantu imunisasi masyarakat dari negara berpenghasilan rendah sejak 2000. Aliansi tersebut mendedikasikan diri dalam meningkatkan kerja sama global pengembangan vaksin Covid-19 dan mencari cara agar distribusinya lebih adil.
Terdapat 10 vaksin yang sedang diuji klinis dan 123 kandidat vaksin sedang menjalani evaluasi praklinis sebagaimana disebutkan dalam laporan terbaru WHO, Kamis (4/6). Di antara 10 vaksin tersebut, lima di antaranya dikembangkan oleh China dan kini memasuki uji klinis tahap kedua. Satu vaksin diregistrasi oleh pengembang dari China, Jerman, dan Amerika Serikat dan saat ini memasuki tahap pertama uji klinis.
China sedang berusaha mencari terobosan vaksin Covid-19, pola terapi, dan reagen alat tes. "Sejauh ini, nilai investasi dari pemerintah dan perusahaan swasta di China telah mencapai empat miliar yuan (sekitar Rp 7,8 triliun) dan diperkirakan totalnya mencapai 10 miliar yuan (sekitar Rp 19,7 triliun)," kata PM Li seperti dikutip media resmi setempat.
Li menambahkan China akan melakukan upaya terbaiknya untuk membantu beberapa negara terdampak Covid-19, khususnya negara berkembang. Guna memulihkan sosial dan ekonomi masyarakat akibat Covid-19 yang masih berlangsung, vaksin menjadi perisai utama menangkal virus, katanya.
Para pakar di China memperkirakan vaksin sudah bisa beredar luas sekitar Maret 2021.