Tren Rupiah Awal Pekan Diprediksi Masih Positif
Pasar masih berekspektasi positif terhadap pembukaan ekonomi di negara-negara lain.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (8/6) diprediksi masih melanjutkan tren positif. Hal ini seiring bergerak kembalinya ekonomi AS meski masih dilanda pandemi.
Pada Senin (8/6) pagi, rupiah melemah 20 poin atau 0,14 persen menjadi Rp 13.898 per dolar AS dari sebelumnya Rp 13.878 per dolar AS. Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra, mengatakan, hari ini kemungkinan sentimen positif masih akan mendorong penguatan aset-aset berisiko.
"Data tenaga kerja AS, Non-Farm Payrolls (NFP) dan tingkat pengangguran bulan Mei, yang dirilis Jumat malam, yang hasilnya di luar dugaan lebih bagus dari proyeksi, menjadi faktor pemicu baru pembelian aset-aset berisiko," ujar Ariston.
Data NFP AS per Mei menunjukkan, pertambahan jumlah orang yang dipekerjakan di luar sektor pertanian dan pemerintahan sebesar 2,5 juta orang, padahal sebelumnya para analis memperkirakan terjadi pengurangan sebesar 7,7 juta. Tingkat pengangguran pun turun menjadi 13,3 persen, dari sebelumnya 14,7 persen.
Menurut Ariston, data tenaga kerja AS yang lebih baik tersebut karena kebijakan AS yang sudah mulai membuka perekonomiannya meskipun masih terkena wabah. "Pasar pun masih berekspektasi positif terhadap upaya pembukaan ekonomi di negara-negara pandemi yang lain," kata Ariston.
Di sisi lain, lanjut Ariston, belum terjadinya eskalasi ketegangan AS dan China kembali yang berpotensi juga membantu sentimen positif hari ini. "Rupiah kemungkinan masih berpotensi menguat hari ini dengan sentimen positif tersebut," ujar Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp 13.700 per dolar AS dan potensi resisten Rp 14 ribu per dolar AS. Pada Jumat (5/6) lalu, rupiah menguat 217 poin atau 1,54 persen menjadi Rp 13.878 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.095 per dolar AS.