BIN-Pemkot Surabaya Masifkan Tes Covid-19 Selama 12 Hari
Kolaborasi BIN dan Pemkot Surabaya dimasifkan dalam 12 hari terakhir
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA –- Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono mengapresiasi langkah Badan Intelijen Negara (BIN) yang berkolaborasi dengan Pemkot Surabaya untuk melakukan tes masal Covid-19. Kolaborasi antara BIN dan Pemkot Surabaya dengan terus menggelar uji cepat (rapid test) dan uji usap (swab) berbasis PCR secara gratis, dinilainya tepat untuk memutus mata rantai penularan Covid-19.
”Gotong royong antara BIN dan Pemkot Surabaya adalah langkah efektif dalam memitigasi penyebaran Covid-19. Ini langkah tepat. Kami di DPRD Surabaya menilai, kerja sama itu tentu akan mempercepat penanganan Covid-19 di Surabaya,” ujar Adi di Surabaya, Selasa (9/6).
Adi menjelaskan, kolaborasi BIN dan Pemkot Surabaya dalam menggelar rapid test dan swab test masal serta gratis telah digeber dalam 12 hari terakhir. BIN mengerahkan dua unit mobil laboratorium PCR dan rapid test. Di Surabaya, BIN dan Pemkot telah menggelar kegiatan tersebut di 16 titik. Kegiatan serupa bakal digeber hingga 15 Juni 2020. Hampir 15 ribu warga Surabaya telah dites melalui program ini.
“Kunci penanganan Covid-19 adalah tes masif, tracing dengan cepat, dan treatment yang tepat. Kolaborasi BIN dan Pemkot Surabaya tentu dalam rangka menjalankan langkah-langkah tersebut,” ujar Adi.
Adi mengatakan, dengan tes yang masif, Pemkot Surabaya bisa mendeteksi secara lebih dini terkait penyebaran Covid-19. Jika ada yang positif Covid-19, tentu bisa segara dilakukan langkah lanjutan sesuai protokol kesehatan, yaitu tracing kontak erat dan segera diisolasi dengan treatment yang tepat untuk memulihkan pasien.
Adi optimistis, dengan langkah gotong royong BIN dan Pemkot Surabaya tersebut, upaya memisahkan ”air dan minyak” bisa dioptimalkan. ”Jadi pencegahan penyebaran ini kan kita harus mengetahui, mana yang positif dan mana yang tidak. Minyak dipisahkan dengan air, istilahnya. Biar tidak bercampur dan tidak menulari,” ujarnya.
Adi menilai, ketika pemerintah daerah tidak berani melakukan tes masif, tidak akan tahu mana yang positif dan negatif, sehingga berpotensi menyebarkannya. "Jika mau jumlah pasien rendah, ya tidak usah dites masif, tapi itu sangat berisiko bagi masyarakat. Justru Pemkot Surabaya yang berani ambil risiko melakukan tes masif agar bisa segera dilakukan tracing dan treatment secara tepat,” kata Adi.
Adi juga mengapresiasi manajemen pelaksanaan rapid test BIN dan Pemkot Surabaya yang baik dan mematuhi protokol kesehatan. Dimana antrean berlangsung tertib, menjaga jarak, tidak ada kerumunan, serta tersedianya fasilitas cuci tangan hingga pemeriksaan suhu tubuh yang representatif.