Masjid di Inggris Dibuka 15 Juni Hanya untuk Ibadah Pribadi

Muslim Inggris minta pemerintah memberikan panduan yang jelas di masjid.

muslimsinbritain
Masjid di Inggris Dibuka 15 Juni Hanya untuk Ibadah Pribadi. Masjid Ramadan di Hackney, distrik di timur London, Inggris.
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris mengumumkan tempat-tempat ibadah di Inggris, termasuk masjid, kembali diizinkan dibuka, Senin (15/6). Meski demikian, jamaah harus memperhatikan pedoman jaga jarak sosial dan hanya diizinkan untuk ibadah individual.

Baca Juga


Keputusan ini dikeluarkan setelah terjadi diskusi antara pemerintah dan perwakilan mayoritas agama, melalui Satgas Tempat Ibadah yang dipimpin oleh Sekretaris Komunitas Robert Jenrick. Gugus tugas tersebut memiliki satu anggota Muslim, yakni Syaikh Asim Yusuf dari Dewan Ulama dan Imam Inggris.

Dilansir di 5 Pillars, masjid-masjid di Inggris telah ditutup selama beberapa bulan karena krisis Covid-19. Pemerintah mengatakan keputusan ini diambil setelah mengakui manfaat spiritual dan kesehatan mental yang dirasakan masyarakat saat berdoa di tempat ibadah. Bagi beberapa orang, perasaan seperti ini tidak dapat dirasakan saat berdoa di rumah.

Meski diizinkan kembali dibuka, pemerintah memberi syarat agar sebelumnya dilakukan pembersihan secara menyeluruh. Selain itu, saat akan keluar dan masuk jamaah diwajibkan mencuci tangan serta membawa alat sholat sendiri.

"Kami ingin memastikan tempat ibadah dapat dibuka kembali, dimulai dengan ibadah pribadi. Untuk ibadah bersama masih belum dimungkinkan pada tahap ini," ucap Robert Jenrick MP, dikutip di 5 Pillars, Rabu (10/6).

Ia menyebut kontribusi rumah ibadah untuk kebaikan bersama negara telah terpampang nyata. Tempat ibadah menjadi lokasi pelipur lara, memberi kenyamanan serta stabilitas. Kebutuhan akan hal-hal di atas menjadi semakin besar saat menghadapi ketidakpastian pandemi.

Menteri Agama Lord Greenhalgh menambahkan harapannya agar keputusan ini bisa menjadi langkah awal kembali membuka rumah ibadah sepenuhnya. Ia juga menyebut keputusan ini diambil karena didukung oleh ilmu pengetahuan.

"Tempat-tempat ibadah masih memiliki keleluasaan. Ketika dianggap aman, maka bisa saja dibuka. Atau kemungkinan tetap ditutup dan kembali dibuka dengan bertahap," ujarnya.

Di sisi lain, Dewan Cendekiawan dan Imam Inggris dalam sebuah pernyataan mengatakan, langkah positif ini datang dengan beberapa tantangan. Mereka lantas mengajak semua umat Muslim memastikan kedatangannya di masjid dalam kondisi sehat dan aman.

Mereka juga sedang berusaha mencari informasi dari pemerintah terkait peraturan kesehatan dan keselamatan yang mungkin akan diterapkan di tempat ibadah. Panduan ini diperlukan agar masjid serta komunitas dapat merencanakan langkah selanjutnya.

Dalam keterangan yang sama, Dewan Cendekiawan dan Imam Inggris mengingatkan agar keinginan kembali ke masjid tidak boleh mengakibatkan jatuhnya korban nyawa, baik bagi jamaah maupun keluarga mereka.

Dewan Muslim Inggris mengatakan pedoman pemerintah kurang jelas bagi Muslim. Sekretaris Jenderal MCB, Harun Khan mengatakan, masjid tersedia untuk melaksanakan ibadah berjamaah. Keputusan pemerintah yang hanya mengizinkan ibadah individu menimbulkan ketidakpastian dari para Imam masjid.

"Dalam beberapa minggu terakhir, MCB telah berkonsultasi dan terlibat dengan ratusan masjid dan puluhan asosiasi Muslim regional maupun nasional membahas tentang topik ini. Komunitas Muslim secara proaktif telah merencanakan dan memikirkan tantangan yang dihadapi dalam pembukaan kembali masjid," ujarnya.

Harun Khan lantas menyebut mendesak pemerintah memberikan panduan yang jelas dan tidak ambigu. Dengan begitu, wali amanat masjid, staf, sukarelawan dan lainnya yang memiliki tanggung jawab kepemimpinan di masjid memiliki kejelasan terkait apa yang mereka butuhkan. Serta ke depannya dapat melakukan perencanaan secara efektif untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan semua orang.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler