Kalau Saya Gak Jualan, Mau Makan Apa?

Pedagang tak sadar Covid-19 dan mengabaikan protokol kesehatan.

Republika/Thoudy Badai
Pedagang mengenakan masker menunggu pembeli di Pasar Tasik, Jakarta.
Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Ubai Dillah/ Amri Amrullah/ Silvy Dian Setiawan / Wilda Fizriyani

Lalu lintas di Jalan Kebayoran pada Kamis (11/6) sore cukup ramai. Suasana tak kalah ramai saat memasuki jalan di bawah flyover Kebayoran Lama. Pedagang-pedagang di bawahnya beradu suara dengan berisiknya rel kereta. Mereka menjajakan dagangan kepada pengendara dan pejalan kaki yang melintas. "Ayo, Pak. Nyari apa, Pak?" tanya pedagang kepada pejalan kaki.



Pandemi Covid-19 tak menghalangi tekad pedagang untuk tetap berjualan. Sayangnya, tak sedikit dari pedagang maupun pembeli yang mengabaikan protokol kesehatan. Banyak dari mereka tidak menggunakan masker saat berkerumun. Padahal, pos pantau Satpol PP dan Dinas Perhubungan berada persis di seberang jalan lapak mereka.

Rudi Hartono (38 tahun) mengatakan, ia nekat berjualan lantaran kebutuhan ekonomi. Baginya, Covid-19 bukan halangan meski jumlah kasus positif terus meningkat. "Kalo saya enggak jualan, mau makan apa?" kata pria asal Padang ini, Kamis (11/6).

Warga membeli pakaian di saat pemberlakukan PSBB di pasar Kebayoran Lama, Jakarta.

Suasana pasar, lanjut Rudi, selalu ramai saban harinya. Ia pun mengaku terkadang melepas masker jika ada pembeli. Alasannya, suara dia tidak terdengar jelas oleh pembeli jika menggunakan masker sehingga kerap terjadi salah paham saat transaksi.

"Saya bilang 35 (Rp 35 ribu), pembeli dengarnya 25 (Rp 25 ribu). Enggak jelas, jadi kadang saya buka (masker). Petugas mah setiap hari ngingetin pakai masker dan jaga jarak," ujarnya.

Memasuki area Pasar Kebayoran Lama, posisi pedagang lebih teratur. Mereka menempati kioskios di dalam pasar. Meski begitu, masih banyak pedagang dan pembeli meng abaikan pemakaian masker. Mayoritas mereka melepas masker dan digantungkan di leher. Padahal, terpampang jelas imbauan agar tetap memakai masker dan menjaga jarak.

Pedagang pakaian di lantai 1 Pasar Kebayoran lama, Suprianto (23), mengaku khawatir dengan adanya pandemi Covid-19 ini. Namun, daripada kelaparan di rumah, ia akhirnya memberanikan diri mengambil risiko berjualan di tengah pandemi Covid-19.

"Kalau saya takut, terus bisa dapat duit dari mana? Sedangkan, di rumah ada anak-istri, kebutuhannya banyak," kata Suprianto saat ditemui di depan kios pakaiannya, Kamis (11/6).

Petugas mengambil sampel cairan dari hidung dan tenggorokan pedagang saat mengikuti swab test di Pasar Pagi, Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Kamis (11/6/2020).

Supri menceritakan, pembeli masih ada yang tidak memakai masker saat berbelanja. Bahkan, kata dia, tak jarang ada satu keluarga masuk ke dalam kiosnya untuk memilih pakaian. Hal ini membuat Supri sedikit kesal, tetapi tidak berani memarahi.

"Saya hanya mengingatkan baik-baik untuk pakai masker. Terus kios saya kan kecil, jadi sumpek kalau masuk semua, jadi seperti kelihatan lagi pada ngumpul," keluh Supri.

Naik ke lantai dua, suasana pasar semakin sepi. Banyak kios tutup. Hanya terlihat pedagang perabotan, pedagang kelapa, dan penjahit yang masih buka. Toko pusat pakaian di lantai tiga pasar juga beroperasi.

Sebelum masuk ke area itu, suhu tubuh pengunjung dicek oleh satpam. Seorang pedagang perabotan di Pasar Kebayoran, Alim, mengatakan, dirinya tak terlalu merisaukan pandemi Covid-19. Hal terpenting bagi dia adalah selalu berpikir positif dan selalu menjaga kesehatan.

Kondisi di pasar tersebut agak nya bisa menjadi gambaran mengapa saat ini ada cukup banyak pedagang yang terpapar Covid-19. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mengungkapkan, sebanyak 51 pedagang di beberapa pasar di Jakarta ter konfirmasi terpapar Covid-19.

Data tersebut didapat berdasarkan hasil uji usap (swab test) yang terakhir keluar pada Kamis (11/6), pukul 10.00 WIB. Uji usap tersebut dilakukan setelah sebelumnya mereka menjalani tes cepat (rapid test) dan dinyatakan reaktif Covid-19.

"Data pedagang pasar terdampak Covid- 19 di Jakarta sebanyak 51 orang," ujar Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi DPP Ikappi Reynaldi Sarijowan saat dikonfirmasi wartawan di Jakarta, Kamis (11/6).

Pedagang merapihkan dagangannya menjelang pembukaan Pasar Tanah Abang di Jakarta, Kamis (11/6/2020). (Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO)

Pedagang yang terinfeksi Covid-19 tersebar di enam pasar, yakni Pasar Perumnas, Klender (Jakarta Timur) sebanyak 20 pedagang; Pasar Mester, Jatinegara (Jaktim), 1 pedagang; dan Pasar Serdang, Kemayoran (Jakarta Pusat), berjumlah 9 pedagang.

Di Pasar Kedip, Kebayoran Lama (Jakarta Selatan), 2 orang positif; Pasar Rawa Kerbau, Cempaka Putih (Jakarta Pusat), 14 orang positif; dan Pasar Induk Kramat Jati (Jakarta Timur), 5 orang positif.

Reynaldi sebelumnya menyebutkan, berdasarkan data yang diterima pada Rabu (10/6), ada 439 pedagang di 89 pasar di berbagai daerah terkonfirmasi positif Covid-19 dengan korban meninggal dunia mencapai 27 orang. "Kami telah melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah di beberapa provinsi dan beberapa daerah telah menjalani rapid test dan swab di pasar," ujar Reynaldi.

Kepala Puskesmas Kecamat an Cempaka Putih Dicky Alasdik membenarkan ada sebanyak 14 pedagang di Pasar Rawasari atau Pasar Rawa Kerbau yang positif Covid-19. Hasil 14 pedagang positif Covid-19 itu berasal dari 202 orang yang menjalani tes usap di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih sebagai langkah deteksi penyebaran virus corona.

Dia mengungkapkan, para pedagang tersebut tidak memiliki gejala meskipun positif Covid-19 atau merupakan orang tanpa gejala (OTG). "Mereka kami swab test pada saat benar-benar sedang berdagang, lagi pada santai. Jadi, memang tanpa gejala. Mereka enggak sadar, tahu-tahu positif," kata Dicky.

 

Pedagang berjualan dengan mengenakan masker dan pelindung wajah (face shield) di pasar tradisional Bendorejo, Trenggalek, Jawa Timur, Sabtu (13/6/2020). (ANTARA /Destyan Sujarwoko)

Dicky mengatakan, para pedagang yang berdomisili di Cempaka Putih memilih untuk melakukan isolasi mandiri sehingga tidak ada yang dirujuk ke RSD Wisma Atlet. "Tapi kami terus awasi. Satgas Covid-19 di tingkat RT/RW yang melakukan pengawasan."

PD Pasar Jaya menyatakan sedang melakukan sterilisasi kepada 19 pasar tradisional dan menutup sementara enam pasar di Jakarta selama tiga hari. Penutupan sementara tersebut setelah ditemukan adanya pedagang pasar yang positif Covid-19 hasil pengecekan tes swab yang dilakukan kepada 1.418 pedagang. Menurut data PD Pasar Jaya, ada 52 pedagang yang terkonfirmasi terpapar Covid-19.

Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasrudin mengatakan, pedagang yang positif Covid-19 ditemukan di enam pasar tradisional. Sedangkan, 10 pasar masih menunggu hasil tes dan 3 pasar dinyatakan negatif.

"Iya (sudah ditutup—Red). Kemarin ini serentak semuanya ditutup selama tiga hari. Karena setelah dianalisis oleh pendapat ahli, dinyatakan bahwa setelah penyemprotan itu butuh tiga hari untuk ditutup," ungkap Arief kepada wartawan, Kamis (11/6).

Uji Covid-19 terhadap para pedagang pasar juga dilakukan di berbagai daerah. Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan, ada tiga orang yang reaktif dari tes cepat yang dilakukan secara acak di pasar tradisional di Kota Yogyakarta. Tiga orang itu langsung menjalani tes swab.

Pedagang mengenakan masker beraktivitas di Pasar Tasik, Jakarta, Kamis (11/6). (Republika/Thoudy Badai)

Pemerintah Kota Yogyakarta telah menggelar tes cepat di 10 pasar tradisional pada 3-5 Juni. Setidaknya ada 250 sampel dari pedagang yang diambil secara acak.

"(Sebanyak) 250 pedagang dicek secara acak. Tiga orang reaktif dan langsung dilakukan tes swab," ungkap Heroe yang juga wakil wali kota Yogyakarta itu, Rabu (10/6).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler