RSUD dr Soetomo: 12 Dokter PPDS Positif Covid-19
Dua dari 10 dokter yang positif Covid-19 menjalani perawatan intensif.
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo Surabaya dr Joni Wahyuhadi mengemukakan ada 12 dokter Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Airlangga (Unair) yang terkonfirmasi positif terpapar Covid-19. Dua dokter menjalani perawatan intensif.
"Ke-10 dokter PPDS di antaranya memiliki gejala ringan dan sedang, sedangkan dua dokter lainnya dalamn kondisi berat sehingga perlu menjalani perawatan intensif oleh RSUD Dr Soetomo," ujarnya di Surabaya, Ahad (21/6).
Dokter yang juga Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim tersebut berharap doa dari seluruh masyarakat agar seluruh dokter PPDS segera sembuh dan beraktivitas kembali seperti sediakala. Terdapatnya dokter PPDS yang terpapar Covid-19 saat ini memang menjadi sorotan, sebab tersiar kabar bahwa tidak sedikit calon dokter spesialis yang sedang menempuh pendidikan tersebut menjadi korban.
Bahkan pada Rabu (10/6), salah seorang dokter PPDS penyakit dalam, dr Miftah Fawzy Sarengat, meninggal dunia karena terpapar virus corona. Secara terpisah, Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Unair Prof Soetojo tidak mau berkomentar banyak mengenai jumlah dokter residen yang menjalani praktik dan terpapar virus corona di RSUD Dr Soetomo.
"Tanyanya sama rumah sakit. Karena jumlah masih simpang siur, tanya dr Joni saja," ucapnya.
Namun, pihaknya mendapat kabar bahwa kondisi dokter residen yang terjangkit Covid-19 itu kini sudah membaik. Bahkan, beberapa di antaranya dilaporkan hanya perlu menjalani perawatan di rumah atau isolasi mandiri.
"Ada yang isolasi mandiri," katanya singkat tanpa merinci jumlah dokter yang membaik maupun sedang menjalani perawatan intensif saat ini.
Sementara itu, beberapa waktu lalu Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya dr Brahmana Askandar terus melakukan imbauan dan mengevaluasi ulang bagaimana pencegahan penularan di kalangan dokter dan tenaga medis.
"Kami terus melakukan evaluasi dan memperbarui alat pelindung diri (APD), prosedur-prosedur kami perbaiki dan diperketat agar kejadian serupa (dokter terinfeksi corona) tidak terulang lagi," tuturnya.