Wabah Corona Hantam Bisnis Kuliner Beijing

Bisnis kuliner seperti restoran kini harus menghadapi banyak aturan.

AP / Mark Schiefelbein
Pegawai mengenakan masker saat menunggu pelanggan di pintu masuk sebuah restoran di Beijing, China (ilustrasi). Merebaknya kembali infeksi virus corona di Beijing, China, memukul bisnis kuliner.
Rep: Adinda Pryanka Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Pada akhir pekan tertentu, kedai kopi paling populer di Beijing, China, Metal Hands, biasanya dipenuhi para penggemar kopi dan anak-anak muda. Mereka berpose di depan kamera sembari menikmati seduhan kopi di tengah-tengah kawasan industri yang terlihat chic.

Baca Juga


Tapi, pada Ahad (21/6), situasinya berbeda. Hanya beberapa meja yang terisi hingga sore hari, sementara teras kedai ditutup. Kondisi itu merupakan akhir pekan pertama sejak Pemerintah Kota Beijing menaikkan status tanggap darurat virus Covid-19 menjadi level dua akibat muncul klaster baru penyebaran virus corona.

Salah satu pengunjung yang masih bertahan saat itu adalah mahasiswa seni berusia 22 tahun, Li Qin. Bergiliran dengan teman, ia berpose di sepanjang koridor. Menurut Li Qin, saat sepi seperti akhir pekan lalu merupakan waktu terbaik untuk datang ke kedai kopi seperti Metal Hands.

"Karena Anda punya banyak ruang untuk berfoto dan tidak berdesakan dengan orang banyak," ucap Li Qin, seperti dilansir di The Straits Times, akhir pekan lalu.

Suasana yang masih sepi itu menjadi alasan Li Qin berani untuk berada di kedai kopi. Ia akan menghindari keluar rumah jika memang ramai.

Tercatat, angka infeksi Covid-19 di Beijing terus meningkat sejak kasus pertama muncul pada 11 Juni. Pada Ahad (21/6), Beijing melaporkan 22 kasus lain dari 26 infeksi baru di seluruh China. Secara total, kasus Covid-19 di Beijing tercatat menjadi 227 orang dan hampir semuanya punya kaitan dengan kasus pasar makanan Xinfadi di barat daya Distrik Fengtai.

Wabah terakhir di Beijing ini telah memberikan pukulan bagi industri makanan dan minuman. Padahal, industri ini baru saja merangkak keluar dari penutupan selama berbulan-bulan dan secara bertahap melonggarkan aturan social distancing yang telah mengganggu lini bisnis.

Meski sudah dibuka, banyak tantangan yang dihadapi industri makanan dan minuman. Restoran, misalnya. Mereka harus menghadapi gangguan persediaan makanan, pelanggan yang gelisah dan banyak peraturan lainnya. Termasuk, pengujian wajib bebas Covid-19 untuk semua staf setelah ada kasus pekerja restoran terinfeksi Covid-19.

Pejabat distrik telah memerintahkan beberapa restoran untuk memotong jam operasionalnya. Sementara, bar di Sanlitun yang terkenal dengan pemandangan kehidupan malamnya, kini telah ditutup.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler