Cerita Muslim Rohingya: Terdampar di Laut Hingga Minum Urine

Sekitar 100 Rohingya diselamatkan dari kapal di Aceh.

ANTARA/RAHMAD
Warga melakukan evakuasi paksa pengungsi etnis Rohingya dari kapal di pesisir pantai Lancok, Kecamatan Syantalira Bayu, Aceh Utara, Aceh, Kamis (25/6/2020). Warga terpaksa melakukan evakuasi paksa 94 orang pengungsi etnis Rohingya ke darat yang terdiri dari 15 orang laki-laki, 49 orang perempuan dan 30 orang anak-anak tanpa seizin pihak terkait, karena warga menyatakan tidak tahan melihat kondisi pengungsi Rohingya yang memprihatikan di dalam kapal sekitar 1 mil dari bibir pantai dalam kondisi. terutama anak-anak dan wanita dalam kondisi lemas akibat dehidrasi dan kelaparan.
Rep: Umar Mukhtar Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, LHOKSEUMAWE -- Para Muslim Rohingya yang selamat di Lhokseumawe, Aceh, menceritakan kepedihan yang mereka alami selama berada di laut lepas. Jumlah pengungsi Rohingya yang berada di Aceh sekitar 100 orang, didominasi perempuan dan anak-anak.

Baca Juga


Dua orang Rohingya mengatakan, pelaku perdagangan manusia yang dibayar untuk mengangkut mereka dengan kapal laut memindahkan para Rohingya ke kapal baru lalu ditinggalkan di tengah laut. Penyelundup itu sempat menyiksa pengungsi Rohingya sampai ada yang meninggal dunia.

Rashid Ahmad (50 tahun) mengatakan sangat menderita selama di kapal itu. "Salah satu dari kami meninggal. Awalnya ada makanan, tetapi ketika sudah selesai, mereka (pedagang manusia) membawa kami ke kapal lain dan membiarkan kami terdampar sendirian," tutur Rashid di pusat penahanan Imigrasi di Lhokseumawe, dilansir dari Telegraph, Ahad (28/6).

Muslim Rohingya yang lain, Habibullah, mengaku mendapat perlakuan yang buruk. Telinganya dipotong dan kepalanya dipukul. Sementara itu, Ziabur Rahman Bin Safirullah, Muslim Rohingya yang juga selamat mengungkapkan, mereka bertahan hidup dengan mengandalkan sedikit beras dan kacang-kacangan.

Mereka pun bergantung pada air hujan untuk minum. "Terkadang kami memeras pakaian basah dan meminum tetesan airnya," kata Ziabur Rahman yang menambahkan bahwa para Rohingya yang meninggal dunia dibuang ke laut.

Pengungsi Rohingya yang lain, Korima Bibi (20 tahun) menuturkan, setidaknya dua orang meninggal selama perjalanan. Beberapa penumpang terpaksa meminum air seni agar tetap hidup. Ada juga penumpang yang jatuh sakit karena terus berada di laut. "Kami tidak mendapatkan cukup makanan atau air, (tetapi) kami selamat," kata Korima.

Dari sekitar 100 orang Rohingya yang selamat di Aceh, ada 48 wanita dan 35 anak-anak. Mereka berangkat dari kamp pengungsi Balukhali di Bangladesh selatan, tetapi awalnya berangkat dari Negara Rakhine yang dilanda konflik Myanmar.

Seorang juru bicara kelompok Muslim Rohingya yang selamat di Aceh, mengatakan seorang perempuan telah meninggal dalam perjalanan, dan ia meninggalkan dua anak. Tiga anak lainnya, dua dari mereka adalah saudara kandung, dan seorang gadis berusia 10 tahun tidak ditemani, termasuk juga ada seorang perempuan hamil.

Berdasarkan laporan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), penyelundup Rohingya itu memungut setiap orang sekitar 2.300 dolar AS untuk dibawa ke Malaysia. Sekitar satu juta orang Rohingya tinggal di kamp-kamp pengungsi yang sempit dan jorok di Bangladesh. Di tempat itu pula, para penyelundup manusia menjalankan operasi yang menjanjikan agar para Rohingya mendapat tempat perlindungan di negara lain.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler