Emil Sebut 37 Ribu Pelaku UMKM di Jabar Terdampak Covid-19

Pemprov sedang membentuk BLUD sebagai salah satu cara agar UMKM memiliki sumber baru

ANTARA/M Agung Rajasa
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Rep: Arie Lukihardianti Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pada krisis 1998 kalangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tidak ikut terdampak secara signifikan bahkan menjadi andalan dalam menjaga pertumbuhan ekonomi. Namun, pada masa pandemi Covid-19 semua sektor terdampak bahkan kalangan UMKM justru yang paling merasakan dampaknya.

Menurut Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, sekitar 37 ribu pelaku UMKM di Jabar terdampak pandemi Covid-19. Pemprov Jabar, sudah melakukan berbagai upaya agar UMKM tetap tangguh. Antara lain mempermudah bahan baku, modal kerja, distribusi, memberikan stimulus daya beli dan mendorong peningkatan omset usaha.

“Kami sedang membentuk BLUD sebagai salah satu cara agar UMKM memiliki sumber baru untuk permodalan. Subsidi bunga kredit dari bank bjb juga akan diberikan,” ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, di acara diskusi webinar yang diselenggarakan Bank Indonesia Perwakilan Jabar pada Rabu(1/7).

Emil berharap, dengan bantuan UMKM maka pertumbuhan ekonomi Jabar hingga akhir 2020 masih tetap positif tidak terpuruk dibawah nol persen. Ia memprediksi pertumbuhan bakal mencapai 2,3 persen. Cara lainnya adalah dengan mempercepat belanja pemerintah. Misalnya, dengan melaksanakan kegiatan proyek padat karya.

"Pada Juli ini sejumlah proyek padat karya bersumber dana pemerintah akan dimulai," katanya.

Berdasarkan data dari lembaga penelitian Unpad Bandung menyebutkan selama Covid-19, 47 persen UMKM telah berhenti beroperasi. Saat ini yang masih bertahan rata-rata mengalami penurunan pendapatan hingga 30 persen. Sementara 50 persen pelaku UMKM terpaksa melakukan PHK terhadap karyawannya, dengan mengurangi pekerja hingga 30 persen. Kemudian, sebanyak 81 persen UMKM dalam waktu empat bulan kedepan akan mengalami kesulitan keuangan jika tidak segera mendapatkan bantuan modal kerja

Emil mengatakan, sejak awal Juni 70 persen usaha ekonomi sudah mulai diperbolehkan agar sektor UMKM kembali bergerak. Namun, ia berpesan agar UMKM siap dengan era disrupsi, melalui digitalisasi usaha.

Menurutnya, UMKM yang dekat dengan teknologi informasi akan semakin dimudahkan usahanya mengingat di era AKB pertemuan langsung semakin dibatasi. "Saat ini sekitar 17 persen UMKM di Jabar sudah melek digital. Saya berharap akan semakin banyak lagi,” katanya.

UMKM sendiri, kata Emil, memberikan konstribusi sebesar 60 persen pada pertumbuhan nasional atau PDB secara nasional dan menyerap 90 persen tenaga kerja. Kondisi yang sama juga terjadi di Jawa Barat (Jabar). Sehingga, menjaga UMKM tetap tumbuh dan tangguh pasca pandemi, menjadi tantangan besar bagi semua pihak agar krisis kesehatan tidak merembet pada krisis ekonomi.

Sementara menurut Kepala Perwakilan BI Jabar Herawanto, Bank Indonesia akan terus mendorong UMKM untuk memanfaatkan digital. Sebab di adaptasi kebiasan baru (AKB), perilaku konsumen sudah banyak berubah, terutama lebih banyak memanfaatkan digital.

"Dengan digitalisasi UMKM dapat menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi baru dimasa pandemi ini,” ujar Herawanto.

BI Jabar sendirin kata dia, memberikan contoh melalui sejumlah UMKM binaan yang saat ini berkembang pesat setelah memanfaatkan teknologi digital. Seperti di Ponpes Al-Ittifaq Ciwidey dan Lembang Agri.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler