Mengapa Indra Penciuman Ada yang tak Pulih dari Covid-19?
Sekitar 10 persen penyintas Covid-19 di Italia tak pulih indra penciumannya.
REPUBLIKA.CO.ID, ROMA — Sebuah studi terbaru yang dilakukan di Italia menemukan bahwa 90 persen penyintas Covid-19 yang mengalami gejala hilangnya kemampuan indra penciuman dan perasa semakin membaik dan pulih dalam waktu lebih kurang dari satu bulan. Bagaimana dengan 10 persen lainnya?
Menurut studi tersebut, 10 persen dari penyintas infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) yang kehilangan kemampuan mengenali aroma dan rasa di lidah dapat mengalami gejala yang terus memburuk. Kehilangan fungsi indra penciuman dan perasa pada awalnya tidak terdaftar sebagai gejala potensial Covid-19 ketika awal wabah virus ditemukan hingga dinyatakan sebagai pandemi pertama kali pada Maret lalu.
Tak lama kemudian. gangguan tersebut diketahui sebagai salah satu tanda utama saat seseorang kemungkinan terinfeksi SARS-CoV-2, penyebab Covid-19. Dilansir Fox News, studi di Italia itu mengungkap, 49 persen pasien Covid-19 dengan gejala tersebut dilaporkan mendapatkan kembali indra penciuman atau perasa secara penuh, sementara 40 persen mengaku telah mengalami perbaikan ringan.
Studi yang dipublikasikan dalam JAMA Otolaryngology-Head and Neck Surgery Journal itu dilakukan oleh tim peneliti internasional yang menggunakan survei terhadap 187 orang di Italia tentang pengalaman mereka saat terinfeksi SARS-CoV-2. Para pasien yang disurvei adalah yang memiliki kondisi tidak cukup sakit, sehingga tidak memerlukan rawat inap di rumah sakit.
Sebanyak 113 pasien mengatakan, indra penciuman dan perasa mereka telah berubah. Sementara, 55 mengaku telah pulih sepenuhnya.
Ada juga 46 peserta yang melaporkan perbaikan secara keseluruhan dan 12 pasien yang mengatakan, gejala mereka tidak berubah atau lebih buruk. Claire Hopkins yang merupakan salah satu peneliti sekaligus kepala dan profesor di British Rhinological Society mengatakan, studi Covid19 mulai fokus pada efek jangka panjang dari infeksi virus corona jenis baru dan apa yang bisa terjadi dari gejala yang bertahan.
"Data dari penyakit virus lain dan beberapa data baru yang kami kumpulkan, menunjukkan sebagian besar orang akan menjadi lebih baik, tetapi bagi sebagian orang, pemulihan akan lambat,” ujar Hopkins.
Hopkins lebih lanjut mengatakanm bagi orang-orang yang pulih lebih cepat, kemungkinan SARS-CoV-2 hanya memengaruhi sel-sel yang melapisi hidung mereka. Sementara, bagi orang-orang yang pulih lebih lambat kemungkinan saraf yang terlibat dalam penciuman terpengaruh.
“Diperlukan waktu lebih lama bagi sel-sel saraf ini untuk memperbaiki dan beregenerasi,” kata Hopkins.