Pelajar Asing Kelas Daring Diminta Tinggalkan AS
Pelajar asing yang mengikuti kelas sepenuhnya daring terancam dideportasi
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Badan Imigrasi dan Bea Cukai Amerika Serikat (ICE) mengumumkan, pelajar asing harus meninggalkan negara tersebut, jika kelas pada musim gugur akan diajarkan sepenuhnya secara daring, Senin (6/7). Mereka pun dapat melakukan transfer ke sekolah lain dengan instruksi langsung.
ICE mengatakan, tidak akan mengizinkan pemegang visa pelajar untuk tetap di AS jika sekolah mereka sepenuhnya menjalankan kelas daring di musim gugur. Para pelajar harus pindah atau meninggalkan negara itu, kalau tidak, mereka berpotensi menghadapi proses deportasi.
Atas pengumuman tersebut, tidak jelas total pemegang visa pelajar yang akan terpengaruh oleh peraturan itu. Hanya saja, pelajar asing adalah sumber pendapatan utama bagi banyak universitas AS karena mereka sering membayar uang sekolah secara penuh.
Panduan ICE berlaku untuk pemegang visa F-1 dan M-1, yang diperuntukkan bagi siswa akademik dan kejuruan. Departemen Luar Negeri mengeluarkan F-1 388.839 dan M-1 9.518 pada 2019.
Rekomendasi itu tidak memengaruhi pelajar yang mengambil kelas secara langsung. Keputusan tersebut juga tidak mempengaruhi siswa F-1 yang mengambil sebagian kursus daring, selama universitas mereka menyatakan instruksi pelajar melakukan kegiatan tidak sepenuhnya digital. Siswa program kejuruan M-1 dan mahasiswa program pelatihan bahasa Inggris F-1 tidak diizinkan mengikuti kelas apa pun secara daring.
Perguruan tinggi dan universitas telah mulai mengumumkan rencana untuk semester musim gugur 2020 di tengah pandemi virus corona. Salah satunya, Harvard University mengumumkan akan melakukan pengajaran kursus daring tahun akademik 2020-2021 pada Senin.
Pemerintahan Presiden Donald Trump telah memberlakukan sejumlah pembatasan baru terhadap imigrasi legal dan ilegal dalam beberapa bulan terakhir. Kondisi itu mempertimbangkan dari pandemi virus corona yang tidak kunjung selesai di AS.
Pada Juni, pemerintah menangguhkan visa kerja untuk sejumlah besar pekerja non-imigran yang dinilai bersaing dengan warga AS untuk mendapatkan pekerjaan. Pemerintah juga secara efektif menunda penerimaan pencari suaka di perbatasan selatan dengan Meksiko, dengan alasan risiko kesehatan terkait virus corona.