Mo Farah: Sujud di Lintasan, Kontroversi Ucapan Natal
Mo Farah telah memenangkan 30 medali internasional dan 19 diantaranya adalah emas.
REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh: Rahmat Fajar
Wartawan Republika
Sir Mohamed Mo Farah. Atlet lari yang paling disegani di lintasan atletik dunia. Pelari Inggris berdarah Somalia ini setidaknya telah memenangkan 30 medali internasional dan 19 diantaranya adalah emas.
Tak hanya tentang prestasinya di bidang olahraga lari yang membuat banyak orang bangga kepada Mo Farah. Namun sikapnya yang ramah, murah senyum membuat dia menyebarkan energi positif kepada banyak orang.
Dan tak kalah pentingnya adalah Mo Farah adalah orang yang tak ragu menunjukkan ketaatannya kepada Allah SWT sebagai pemeluk agama Islam. Ia tak sungkan melakukan sujud syukur di lintasan.
Yang sering dilakukan oleh Mo Farah adalah berdoa di tengah lintasan sebagai wujud syukur kepada Allah. “Saya biasanya berdoa sebelum perlombaan. Saya membaca doa, memikirkan betapa kerasnya saya telah bekerja dan hanya berusaha untuk itu,” kata Mo Farah, dilansir dari Time.
Ucapan Natal
Meski menyumbangkan banyak prestasi untuk Inggris, ia tetap menerima perlakuan yang tak nyaman dari sebagian orang. Di Inggris, beberapa orang masih belum bisa menerima keberadaan Muslim, imigran dan kulit hitam.
Ini menunjukkan bahwa Inggris tak sepenuhnya ramah bagi Mo Farah karena tak bisa menerima keberagaman. Mo Farah juga mendapatkan perlakuan rasis ketika ia mengucapkan selamat Natal kepada penggemarnya di instagram lengkap dengan pakaian natal. Itu terjadi usai satu pekan Mo Farah menerima penghargaan BBC Sports Personality of the Year untuk pertama kalinya pada 2017.
Dikutip dari Independent, ucapan selamat Natal-nya mendapatkan respon dari beberapa orang yang menuding Mo Farah diizinkan merayakan natal. Itu adalah sikap rasis karena Mo Farah diketahui umat Muslim taat.
“Anda diberi nama tercinta kita, dan lebih baik melindungi nama terhormat dan agama Islam Anda,” kata salah satu komentar di instagramnya.
Namun tak semua respon bernada negatif. Beberapa diantaranya justru memuji sikap Mo Farah yang dianggap saling menghormati dengan mengucapkan selamat Natal.
“Apa yang salah dengan mengatakan Selamat Natal? Tidak seperti dia merayakan. Kami memiliki orang-orang yang tidak merayakan Idul Fitri dan mengucapkan Idul Fitri, tetapi itu tidak masalah. Jadi, mengapa ini?,” kata salah penggemar membela Mo Farah.
Apa yang dilakukan Mo Farah adalah bagian dari kampanye dia menyampaikan pesan bahwa Islam adalah agama kedamaian dan jauh dari stereotype kekerasan dan terorisme.
Segudang Prestasi
Pada awal atlet lari Sir Mohamed Mo Farah tiba di London Barat dari Somalia, ia tak begitu lancar berbahasa Inggris. Ia terpaksa hengkang dari negara kelahirannya, Somalia di usia delapan tahun karena terjadi perang. Bakatnya di dunia olahraga lari terlihat oleh gurunya ketika masih anak-anak sebagaimana diungkapkan oleh media Al Araby.
Mo Farah memiliki karier junior cukup menjanjikan, namun harus berjuang keras untuk naik tingkat ke level senior. Ia menerima beberapa hasil mengecewakan sebelum menjadi atlet lari yang disegani di lintasan atletik dunia.
Setidaknya dia telah memenangkan 30 medali internasional dan 19 diantaranya adalah emas. Ia juga tercatat sebagai atlet pertama dalam sejarah yang memenangkan 10 gelar trek jarak jauh dunia secara berturut-turut.
Kemudian, empat medali emas olimpiade yaitu London dan Rio de Jenairo. Juara dunia enam kali dan juara Eropa lima kali menjadi bukti kehebatan pelari 37 tahun tersebut.
Ia adalah sosok yang menyimpan ambisi besar. Ketika mengecewakan di Olimpiade Beijing 2008, ia menyewa pelatih kelas dunia yang didukung oleh fasilitas memadai guna meningkatkan performanya. Usahanya berhasil. Pada 2011, ia memenangkan gelar pertamanya di Kejuaraan Dunia di Daegu, Korea Selatan.
Keberhasilannya berlanjut satu tahun kemudian ketika Inggris menjadi tuan rumah Olimpiade. Berkat medali emas yang ia persembahkan di nomor 10.000 dan 5.000 meter, namanya pun semakin melambung di tengah-tengah masyarakat rakyat Inggris. Orang-orang mengelu-elukan nama Mo Farah waktu itu.